30.10.15

Analogi : Biru



Air beriak, tanda tak dalam
Ia teriak, ia tenggelam
Ia terisak, ia terdiam
Perih, katanya
Sedih, rasanya
Ia hanyut terbawa kenangan
Ia larut terpaku angan


Lalu ia biarkan waktu berlalu
Sehari, Seminggu, Sebulan, Setahun
Bahkan lebih
Hanya meredam rasa perih


Sudah ia biarkan semua berlalu
Hasilnya?
Ia menemukan dirinya
Disini, kembali


Angin membelai rambutnya lembut
Debur ombak mengisi heningnya fajar
Ia mendengus
Ia memekik


Berdiri menghadap cakrawala
Bertumpu dengan nostalgi
Secercah harapan, segelintir rasa

Aku menatap
Aku meratap
“Biarkan langit sebiru rasamu” kataku
“Laut sudah biru, mengapa harus ditambah langit?” katanya

Dan disini pula ku temukan
Diriku, bukan, seluruh raga dan jiwaku
Menemaninya
Mendukungnya
Menjaganya
Ia yang masih terjebak masa lalu
Dan aku
Yang masih terjebak menyayanginya
Tidak Aku tidak terjebak
Aku hanya menyayanginya
Sangat menyayanginya


Pelik
Ingin pula aku memekik
“Adakah artiku?”
“Tak bisa kah ku hapus masa lalumu?”


Namun kusadari
Aku hanya menjadi pantai baginya
Tidak akan pernah menjadi laut
Atau samudera
Aku hanya tempat untuk singgah
Bukan untuk diarungi


Ia singgah di pantai
Ia terus menatap laut
Ia terus mendambakan samudera
Dan aku yang terus menyayanginya


Pria yang tenggelam di masa lalu

6.9.15

Lessons learned

Saya menangis dua kali hari ini karena dua hal
Hal pertama, karena menyadari betapa ignorantnya saya
Hal kedua, karena menyadari bahwa this world is not okay, and never be (yet)

1.
Entah mungkin hanya otak saya yang berpikir semua itu berjalan how it's supposed to be. Seperti takdir sudah menentukan jalan apa yang akan diambil, tindakan apa yang sesuai, dan siapa yang menerimanya. Oke, karena saya yakin apa yang baru saja anda baca sulit untuk dicermat, saya akan mencoba mengulangnya sekali lagi kali ini dengan lebih ringkas dan mudah dicerna. Saya berpikir bahwa tindakan saya adalah what it is. Semua berjalan otomatis, saya yakin bahwa tindakan saya otomatis diterima orang lain karena status dan peran mereka terhadap hidup saya. Dan itu adalah kesalahan besar. No matter who they are, mereka adalah individual human being. Mereka punya perasaan yang tidak semerta-merta secara otomatis menerima tindakan. Sebagai contoh, kesalahan saya kepada adik saya. Saya berpikir karena dia adik saya, dia dapat menerima saya sebagaimana adanya, seburuk apapun itu. Kebiasaan saya adalah ketika saya marah, saya menjadi diam dan jutek, menjawab dengan ketus. Dan kebiasaan itu yang harus diterima oleh adik saya, dan saya menganggap bahwa dia sanggup menerimanya. Saya berpikir, atau bahkan tidak berpikir, saya hanya merasa bahwa he's gonna be fine with that because he's my brother. Dan hari ini ia membuktikan bahwa he's not fine at all. And worse, i don't realize it, not even ever crossed my mind. 
And i asked myself,"how can you be such an ignorant bitch all this time?"
And then i cry
Not only because what i've done, but also the way i never think about it 
I never want to hurt anybody
But still, i hurt somebody without realising it
And it makes me cry harder
But crying is not the solution, saya kemudian merefleksikan diri, apa saja yang telah saya perbuat, dan kepada siapa saya melakukannya. Dan saya menyadari betapa tidak sadarnya saya telah menyakiti orang lain.
The idea of hurting people hurts me the most.

Hurt disini bukan saya menampar atau memukul seseorang, namun menyakiti hatinya, batinnya, perasaanya, pikirannya, yang tidaklah lebih baik daripada menyakiti fisiknya. Hal yang bisa diambil bagi saya, anda, siapa saja adalah jangan pernah lupa bahwa setiap orang merupakan invididu yang mempunyai perasaan dan batas masing-masing. Mau apapun peran dan status mereka bagi kita, ayah, ibu, adik, kakak, sahabat, pacar, orang terdekat, mereka adalah diri mereka sendiri. Jangan merasa karena kita adalah anak dari ibu kita, kita menganggap bahwa mereka akan menerima saja perlakuan kita. Ya, mereka mungkin nggak akan ngomong secara gamblang, tapi mereka tetap merasakannya.

For anyone that has been hurt by me, i'm sorry. I mean it, i really really sorry.

Bukan berarti kita harus menjadi orang lain,
It's okay to be who you are, but never be an ignorant person.

Semakin dewasa, semakin kita mencoba mengenal diri kita lebih baik. Tidak hanya apa potensi terbaik kita, namun juga mengetahui keburukan yang kita miliki.
Dan mulai sekarang saya mencoba dan berusaha, menjadi pribadi yang lebih baik lagi.


2. Saya baru saja menghabiskan satu setengah jam "menyiksa" diri saya sendiri dengan menonton film No Escape. Rasanya hati saya tercabik saat menonton film tersebut. Despite the review, great or not, this film makes me think hard. Membuat saya melihat diri saya sebagai orang yang kurang berguna.
Sebelum menjelaskan lebih lanjut, saya akan memberikan sedikit sinopsis dari film No Escape. Film No Escape menceritakan Jack (Owen Wilson) yang memboyong keluarganya dari Texas untuk pindah ke third world di wilayah Asia Tenggara untuk bekerja pada perusahaan air bersih asal Amerika. Ternyata perjanjian air bersih tersebut mengakibatkan pemberontakan dan membunuh perdana menteri negara tersebut. Para pemberontak pun merusak kota dan memburu target mereka, yaitu orang asing khususnya Amerika yang dianggap telah menjajah dan membohongi mereka. Penonton akan disuguhkana adegan Jack, Istrinya, dan kedua anak perempuannya mencoba menyelamatkan diri dari negara tersebut.
Beberapa adegan begitu menampar saya keras, a wake-up slap.

(WARNING! THIS MAY CONTAIN SPOILER)

Adegan yang menohok saya adalah ketika Hammond (Pierce Brosnan) seorang ekspatriat mengatakan bahwa dirinya lah yang mengakibatkan pemberontakan terjadi, para ekspatriat seperti dirinya. Para ekspatriat datang dengan bersahabat, mencuri hati para petinggi negara. Kemudian melakukan kerjasama hal-hal penting bagi negara itu, sarana air bersih, jembatan, apapun yang sebenarnya tidak penting bagi para ekspatriat tersebut. Memberikan pinjaman dengan mudahnya, padahal mereka tau bahwa negara tersebut tidak akan sanggup membayarnya. Kemudian setelah negara tersebut terlilit utang, they eventualy owns it. Bentuk penjajahan modern. Itulah kutipan dialog film yang saya interpretasikan.
Tidak, adegan tersebut tidak menampar saya karena saya berada pada sisi para ekspatriat. Namun menyadarkan saya bahwa negara-negara penanam modal itu butuh disadarkan bahwa kerakusan mereka adalah bumerang. Menyadarkan bahwa sesungguhnya upaya penjajahan masih ada.
Saya berpikir ringkas, kenapa? apakah tidak bisa hanya bekerja sama?
Bisa, sebenarnya bisa jika salah satu pihak tidak rakus. Namun, sangat disayangkan bahwa rakus adalah salah satu sifat manusia yang sulit terelakkan.

Adegan lain, ketika wanita menjadi korban, tidak hanya jiwa mereka yang direnggut namun juga kehormatannya. Ketika Annie (Lake Bell) mencoba menyelamatkan suaminya Jack dan mengakibatkan dirinya ditangkap oleh para pemberontak. Kemudian para pemberontak tersebut mencoba memperkosanya. Dan yang lebih menyayat, mereka membuat Jack menyaksikannya. Thank god hal tersebut tidak terjadi karena Hammond menyelamatkan mereka di waktu yang tepat. Sebagai seorang wanita, saya begitu meringis, meradang melihatnya. Bahwa hal tersebut adalah kenyataan  yang terjadi membuat perasaan saya perih. Saya tidak melihat diri saya sebagai seorang feminist, namun mau apapun jenis kelamin anda jika anda memiliki perasaan, hal tersebut tidak manusiawi. Lust, sifat manusia lainya yang sangat disayangkan dan tidak terelakan. Rasanya lebih baik mati dengan kehormatan, namun kadang pilihan itu tidak ada.

Sebenarnya saya menangis bukan hanya karena film tersebut, tapi saya menyadari bahwa apa yang terjadi di film tersebut juga tengah terjadi pada dunia ini, detik ini.
And it crushed my feelings.

Ketika saya membaca berita-berita mengenai pengungsi Suriah yang tengah mencoba menyelamatkan diri ke Eropa membuat saya membayangkan apa yang tengah terjadi di negara tersebut. Mereka terusir dari negeri mereka sendiri. Dan tidak diterima oleh negara lain. Namun berita terakhir yang saya baca adalah akhirnya pemerintan Hungaria membantu para pengungsi (yang diberita disebut imigran) untuk berangkat menuju Austria agar dapat memulai kehidupan baru. Berita lain yang menyayat hati adalah terdamparnya seorang mayat anak laki-laki berusia 3 tahun di perairan Turki. Anak malang tersebut adalah salah satu korban dari mereka yang tenggelam di perairan mediterania yang tidak berhasil menyelamatkan diri. 

Membaca headlines BBC Indonesia "Bocah Tiga Tahun Membayangi Kebijakan Dunia pada G20" membuka mata saya. Saya mengutip pidato Perdana Menteri Turki, Davutoglu. 

"Tubuh bocah tiga tahun itu adalah peringatan bagi kita. Jika anak-anak di Suriah tidak aman, maka anak kita tidak akan aman di Ankara, Paris atau New York. Karena anak-anak ini tidak bisa memutuskan dimana mereka lahir, ini takdir. Tapi keputusan kitalah (dalam membuat kebijakan) yang akan menentukan nasib mereka di masa depan,"

Ketika anak-anak yang menjadi korban, bukan hanya diri mereka yang meninggal, namun generasi mereka juga akan mati. Untuk menghancurkan suatu bangsa, tidak perlu menghabisi para petinggi, dengan membunuh generasi muda, maka habis pula masa depan suatu negara. Oleh karena itu, perlu kesadaran bahwa anak-anak adalah masa depan yang perlu dilindungi.

Dan hal lain yang membuat saya meringis, lagi-lagi how ignorant am i
Saya mempermasalahkan hal-hal yang buat teman-teman saya seperti di Suriah adalah hal-hal tidak penting.
Saya pusing memikirkan baju apa yang akan saya kenakan besok, sedangkan mereka memikirkan apakah mereka masih bisa bertahan hingga besok.
Saya stress membayangkan tugas-tugas kuliah saya, sedangkan mereka memikirkan keberadaan anggota keluarga mereka yang tidak dapat melarikan diri dari negaranya.
Saya sedih melihat berat badan saya yang naik, sedangkan mereka sedih melihat adik-adiknya mengais remah roti di jalan karena kelaparan.

Hal ini mendukung saya menjadi pribadi yang lebih berguna bagi orang lain, atau setidaknya tidak merugikan orang lain. 
Mungkin bumi ini tidak baik-baik saja, dan mungkin tidak akan pernah baik-baik saja. Namun keinginan saya adalah kehidupan saya berarti bagi orang lain. Saya ingin meninggalkan jejak bagi mereka yang dilanda kesusahan dapat mengikuti dan membantu mendapatkan awal baru. Saya ingin diri saya berharga, bukan karena harta atau jabatan yang saya miliki, namun karena saya bisa berguna bagi orang banyak.
Tidak, saya tidak mendeklarasikan diri saya menjadi Mother Theresa dan menginginkan hadiah Nobel. Saya hanya ingin menjadi manusia yang berguna, menjadi manusia yang seutuhnya.



4.7.15

Bosanbo

Karena saya orangnya cepat bosan. Saya iseng aja jawab-jawab pertanyaan kayak di blog Yara


1. What was the last book you read? 
= Mari Membuat Film - Heru Effendy hyakakakak

2. Do you like roller coasters? 
= Yes

3. Day or night? 
= Night perhaps

4. What do you hear right now? 
= Suara TV di ruang tengah

5. What would you name your son or daughter if you had one? 
= Perpaduan nama sansekerta dan yunani tapi saya belum tau

6. Do you want kids? Why or why not? 
= Yes, i want my own yang bisa leluasa ku sayang dan ku kunyel-kunyel (kunyel-kunyel adalah bisa ku cium dan cubit)
 
7. What’s your favorite memory with your best friend(s)? 
= Every moment is my fav! (eyak)

8. How many times did it take you to pass your driver’s test? 
= Once B)

9. The scariest dream you had? 
= My mom and dad getting divorce. And then i woke up with puffy red eyes

10. How tall are you? 
= 5'5"

11. The last thing you ate was… Ayam goreng saat sahur

12. A band you want to see live is… Currently, The Naked and Famous

13. Do you have a hero/someone you look up to? If so, who? 
= Emake dan Bapake

14. Do you like to swim? 
= Yes, but in swimming pool

15. Things you look for in a guy/girl? 
= How we can share many things, thought, moment, anything.

16. Has a book ever upset you? 
= Yes, judulnya catchy covernya lovely but turns out it talks abou k-pop fan thing that i don't understand *sigh*

17. What was the first instrument you learned to play? 
= Piano but i failed HAHAHA

18. Some of your hobbies include… nonton konser!!

19. How do you deal with anger? 
= Take a deep breathe, and let it out. Then talk to someone i really trust

20. Something you like about your appearance is… My hair

21. What was the last movie you watched? 
= Minions

22. Do you have a favorite ghost story? What about a personal ghost story? 
= Maap saya penakut

23. Where is the farthest from home that you've gone? 
= Paris, Frabce

24. Have you met anyone through Tumblr that you'd like to meet irl?
= A lot of them karena saya kebanyakan follow orang-orang yang tidak saya kenal

25. Do you look like your parents? 
= No :( gatau anak siapa

26. Things you have in common with your parents? 
= With Bapake, good taste of music. With Emake, good taste of food. With Both, good taste of housing.

27. What is to the right of you? 
= Books

28. A favorite memory with a sibling? 
= When we team up to get what we want HAHAHA

29. What is something you wish you'd done? 
= Learning music instrument for real

30. What are some of your favorite blogs? 
= cinemapoetica lagi sering baca

31. Do you sing in the shower? 
= Always

32. Something others have described you as... jomblo *sigh*

33. Name of every pet you've had... Kucing bernama Mocca (karena warnanya) dan Beti (yang berarti Belang Tiga)

34. Your favorite superhero? 
= She-Hulk!

35. Two of your fears are... alone and lonely, lose myself

36. What you're majoring in in college/what you plan to major in... Communication Studies

37. What is your favorite season? 
= Spring

38. The best vacation you took?
= Snorkling in Bali and Gili

39. Why your best friend is your best friend... because they weird, we're weird HAHA

40. How did you come across your favorite band? 
= I know ARTTM from one person. The cycle is when you know one of it, you will aware of any others band

41. Jobs you wanted as a little kid? 
= A famous person, Artist HAHA

42. Are you an introvert or extrovert? 
= Both maybe... because i get INFJ/EFNJ

43. When was the last time you drank?
= Tadi pagi pas saur minum air putih

44. How many pillows do you sleep with? 
= One

45. Are you a "safe" driver? 
= Kinda reckless... still learning tho

46. Something that's bothering you right now? 
= Yes, the thought of failure and letting down people around me

47. How many cds do you own?
= Idk

48. How many books do you own? 
= A lot ahaha

49. How many aunts and uncles do you have? 
= 8 uncles and 7 autns

50. "Top 10" [Something]
 Top 10 Town i ever visited
1. Amsterdam
2. Zurich
3. Bali
4. Rome
5. Paris
6. Sydney
7. Yogyakarta
8. Gili Trawangan
9. Innsburck
10.  Melbourne

SHAKE IT OFF!

WARNING
Jika kamu memiliki pemikiran yang sempit, tidak mau terbuka (pikirannya), dan judgmental. Saya sarankan untuk tidak membaca post ini lebih lanjut





Serem nggak warningnya?
Ahahahahahaha
Yep. Humor gue receh

First of all.
Dilihat dari judulnya. Yes, gue super suka Taylor Swift. Hanya dia yang menjaga sisi feminitas saya dalam genre musik

Okay so kembali bersama pemiliki, penulis, perombak, dan penggagas blog ini yaitu saya!
Seperti biasa, blog ini saya gunakan untuk menyalurkan pikiran dari sudut pandang saya.
So pasti saya sangat memaklumi apabila kamu yang baca nggak setuju atau mungkin mendukung apa yang saya utarakan. But anyway, kalo kamu nggak suka it's super fine for me. Let it be aja :)

Jadi akhir-akhir ini saya merasa bahwa timeline/home dari LINE sudah berubah fungsi menjadi sarana dakwah dan kuliah kehidupan, pengemis like, voucher jebakan, dan comment war zone. Alihfungsi tersebut diakibatkan oleh fitur LINE yang menyediakan official account yang dapat digunakan oleh siapa saja dan fitur share to timeline. Terdapat banyaaaaak banget akun yang berkompetisi untuk menjadi hits. Sebenarnya fitur ini sangat membantu siapa saja untuk mempromosikan acara, membuat account untuk menampung keluhan, curhat, dan lain-lain. Tapi, that tapi word, banyak pula yang menyalahgunakan fitur tersebut dan menjadikan para pemerhati timeline (seperti saya yang jarang post kalo nggak penting-penting amat) merasa risih. Okay saya tegaskan kembali, i'm super okay siapa aja mau menyalurkan pikirannya, perasaannya, apa aja ke timeline line tapi apabila hal itu merugikan orang lain, saya cukup tidak okay (apaandah met). Maksudnya adalah saya tau bahwa timeline line itu public space, tapi ingat bahwa setiap orang punya hak dan kewajiban seperti saya mempunyai hak untuk tidak menyukai atau mendukung aktivitas yang dapat merugikan orang lain, contoh : post yang menyindir salah satu pihak, yang mempropaganda, dan menipu banyak pihak. Okay saya akan sebutkan secara satu-per-satu.

1. Sarana Dakwah dan Kuliah Kehidupan
Banyak sekali akun-akun LINE official yang mengusung tema dakwah, good quotes, dan life lecture. No no, bukan pengetahuan melainkan nasihat-nasihat kehidupan yang belum tentu dapat related dengan semua tipe manusia. Saya membaca sebuah akun yang menyebarkan screen-capture tweet seseorang yang terkenal namun tidak mau saya sebutkan namanya karena bisa saja ini merugikan bagi pihaknya. Di dalam screen-capture tersebut, terdapat tweet yang intinya bahwa Cowok tidak menyenangi Cewek yang terlalu mandiri dan mereka cenderung takut dengan cewek yang terlalu mandiri. Okay gue mau beri 2 respon dari sisi yang berbeda yaitu sisi gue sebagai cewek (yang akan menjadi mandiri) dan sisi gue sebagai individu

Sebagai Cewek (insyaAllah Mandiri):
LIKE HELLOOOOO HARI GINI MASIH AJA ADA GENDER DIATAS GENDER. Nggak, sayagamau menampik bahwa emang tugas perempuan untuk menjadi ibu dan mengurus rumah tangga. Tapi udah lumrah banget kalau perempuan mau bekerja dan menafkahi dirinya sendiri. Ayah saya mengajarkan bahwa saya sebagai perempuan tidak boleh bergantung (khususnya secara finansial) pada orang lain khususnya laki-laki yang menjadi pendamping saya. Karena who knows kan bisa aja hari ini diatas dan besok berada di bawah. Kita sebagai perempuan yang memang dari hati sendiri mau bekerja harus independen dan jangan terlalu bergantung sama suami. Nggak enak juga kan sebagai perempuan, kita harus menggunakan uang suami untuk keperluan kita sendiri sedangkan uangnya masih harus digunakan untuk membayar urusan rumah tangga kayak bayar listrik, bayar air, bayar pajak, belanja bulanan, dan lain-lain. Dan kalau terjadi (nauzubillahiminzalik) perceraian atau KDRT, kita bisa ambil langkah sendiri untuk mengambil tindakan yang seharusnya. Banyak kasus dimana perempuan akhirnya terpaksa bertahan karena ia nggak mandiri secara finansial.

Sebagai insan manusia:
Sebenarnya nggak apa-apa setiap orang punya pandangan yang berbeda. Cuma harus banget di share lagi ya? Dan yang share hal-hal macam itu banyak dari akun-akun yang bernuansa keagamaan. Okay, agama sebagai penuntun kehidupan memiliki berbagai aturan yang dimiliki. Tapi bukankah agama juga menjunjung kebaikan bagi setiap insannya?


Okay sedikit bergeser topik. Menurut saya pribadi hidup ini sangat adil karena tidak adil.


Dan kadang akun good quotes ini menjadi sarana endorse berbagai produk. Agak bete juga kan kalo lagi asik ngebaca quotes bagus tiba-tiba diselingi oleh endorse?


2. Pengemis Like
Jujur ini saya cukup risih baik dilihat dari sisi saya sebagai insan manusia, cewek, mahasiswi, dan lain-lain. Akun ini sering post foto dengan tulisan : LIKE FOTO INI KALO KAMU SAYANG ORANG TUA KAMU atau YANG NGGAK LIKE NANTI NGGAK LULUS.
Dan respon saya
TERUS KALO SAYA LIKE SITUH MAU TANGGUNG JAWAB SAMA KEHIDUPAN SAYAH??????? ESMOSI LOH SAYAH SUKA-SUKA SAYAH LAH MAU LIKE ATAU NGGAK.
Maaf nyolot
Kalo emang sayang orang tua, tinggal tunjukin dan buat orang tua kalian bangga. Kalo emang mau lulus ya belajar yang bener.
Dan parahnya lagi
Akun tersebut sengaja mengumpulkan like yang banyak sehingga ia bisa dijadikan akun untuk endorse produk-produk
Dasar kapitalis.

3. Akun palsu dan voucher-voucher penipuan
Banyak banget akun-akun yang mengaku sebagai produk atau orang terkenal misalkan Apple, McDonald, atau artis. Kemudian mereka post seperti voucher yang menggiurkan seperti "Like dan Share untuk dapet iPhone 7S"  (padahal barangnya aja belom dibuat) atau "Like dan Add agar bisa ketemu (nama si artis)". Saya sih bicara dalam hati, hari gini mana ada gratisan yang sebegitunya. Ada juga akun yang mengatasnamakan suatu acara dan melakukan kuis agar yang add bisa dapet tiket gratis. Like kalo harganya 100 ribu sih gue masih percaya, tapi kalo harganya 1 juta hello?!?!
Kasian kan banyak yang ketipu dan kecewa atas ulah oknum-oknum tidak bertanggung-jawab ini.

4. Comment war-zone
Ini sih. Benar benar dahsyat.
Akibat fitur share, banyak sekali orang-orang yang meng-share pendapat atau status atau post dari orang lain sehingga semakin banyak yang membaca dan dapat mencomment post tersebut. Akibat buruknya? Ya! Comment war-zone!
Udah nggak zaman tuh twit-war, jamannya berantem di timeline line.
Misalkan seseorang post "#LoveWins" nanti kalo kalian iseng baca commentnya ada yang comment "Yes!! Love is for everyone!" lalu ada lagi yang comment "Jadi kamu mendukung tindakan yang tidak sesuai dengan kaidah agama????"
Like dude, mind your business,
Setiap orang boleh berpendapat mau kalian setuju atau nggak.
Kalo kalian setuju, yaudah. Kalo kalian nggak setuju, yaudah juga.
Perlu banget ya berantem dan kalian tau itu nggak ada solusi yang berakhir cuma jadi sensasi?
Capek-capekin ajah.




Well, that's all.
Love me like you do
Hates gonna hate, hate, hate 
(Lah karokean)

TTYL x

7.6.15

Ayo, dukung Film Indonesia!

(Iklan yang ditayangkan sebelum film mulai dengan kartun karakter Presiden RI Bapak Joko Widodo mengajak masyarakat untuk menonton film Indonesia)
"Ayo, nonton film Indonesia!'
Tiba-tiba terdengar suara celetukan "Maksudnya film kayak Cabe-cabean?"

Pertama-tama, saya tidak bermaksud untuk mengucilkan atau mendiskriminasikan film yang saya sebutkan. Saya yakin, semua insan perfilman Indonesia begitu kreatif dalam menghasilkan karyanya. Namun, tetap sad-truth yang harus dihadapi bahwa masih banyak film lokal yang ada di bioskop mendatangkan stigma negatif tentang kredibilitas film Indonesia. Banyak sekali gaungan ajakan agar kita, masyarakat Indonesia, mendukung film lokal yaitu film Indonesia. Saya pribadi, sebagai penonton, sangat amat teramat (ya, ini kata yang tidak efektif namun cukup menjelaskan) mendukung film Indonesia, tapi apakah film tersebut layak mendapat dukungan saya?
Saat ini masyarakat Indonesia masih disuguhkan dengan tontonan yang bisa dibilang kurang mendidik, kurang menanamkan nilai-nilai baik, dan terkesan menjerumuskan (ke hal kurang baik). Apakah potret seperti itu yang ingin kita tonjolkan di mata dunia? Indonesia yang memiliki selera humor dengan mengata-ngatai fisik orang lain? Atau Indonesia yang terkenal akan hantu-hantunya yang menyeramkan dan lebih seramnya lagi dapat menjelma menjadi hantu lain seperti hantu pocong suster ngesot? Entah siapa yang dapat disalahkan, penonton atau para punggawa film indonesia.
Saya sendiri pun bertanya-tanya, siapa yang menyebabkan hal ini apakah penonton atau media? Saya ingat saya pernah bertanya kepada dosen Teori Komunikasi saya, media yang memengaruhi selera penonton atau sebaliknya. Jawaban beliau adalah "Tergantung, kamu mau lihat dari sisi penonton atau media."

Indonesia saat ini tengah gencar menjunjung ekonomi kreatifnya, di tahun 2015 ini terbentuk sebuah badan yaitu Badan Ekonomi Kreatif menurut Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 2015. Langkah yang cukup besar dalam mengawal perkembangan ekonomi kreatif bangsa ini. Terlihat sekali bahwa Presiden begitu memerhatikan ekonomi kreatif khususnya di bidang Film. Selama dilaksanakannya Festival Film Indonesia, baru kali ini Presiden sendiri menghadiri acara tersebut . Bentuk dukungan yang begitu besar untuk insan perfilman Indonesia. Berbagai kampanye dan ajakan mengaung untuk mendukung perfilman Indonesia. Berbagai Film, Sutradara, Aktor Indonesia sukses baik di festival mancanegara bahkan di film box-office Hollywood (Berita: Film Indonesia di Festival Cannes, Aktor Indonesia bermain di film Hollywood). Berbagai prestasi terukir dan mengharumkan nama perfilman Indonesia. Tapi... ya.... dari semua kecemerlangan itu tetap ada tapi. 
Film-film yang bersaing di ajang bergengsi sebut saja Selamat Pagi, Malam atau What They Talk When They Don't Talk About Love tidak dapat disaksikan di negerinya sendiri oleh bangsanya sendiri. Mereka terpaksa gulung layar dengan cepat karena kalah saing dengan berbagai film Hollywood dengan jumlah teater yang mendominasi. Sekali lagi, seperti itukah dukungan terhadap film Indonesia?
Entah hanya perasaan saya atau memang begitu kenyataannya, film-film lokal yang disajikan kepada masyarakat Indonesia hanya film yang sering disebut dengan film ece-ece dengan hantu-hantuan yang menampilkan dada-dadaan. Dan film-film lokal lainnya terpaksa beralih ke festival dan teater lokal seperti Kineforum agar dapat disaksikan oleh penonton.
Sedikit saya ingin 'menyentil' para pembuat film hantu-dadaan tersebut. saat ini saya mengutip apa yang mbak Helena katakan (baca : Citizen Journalism) bahwa penonton Indonesia saat ini sudah kritis dan aktif dalam menentukan konten yang ingin diterima. Penonton Indonesia tidak akan tinggal diam dengan dicekoki film hantu-dadaan tersebut. Pada mata kuliah Teori Komunikasi, kami mahasiswa Komunikasi diajarkan bahwa Penontonlah yang menentukan konten apa yang ia terima dari berbagai media dan aktif pula ddalam menginterpretasi dan memberikan kritik terhadap apa yang disampaikan media.
"Media domination is weak and ineffectual, since the people make their own meanings and pleasures." - Budd, Entman, and Steinman
Saya dengan bangga mengakui bahwa perfilman Indonesia tengah menaiki roket menuju puncak! Berbagai film seperti Filosofi Kopi, Pendekar Tongkat Emas, Madre, Tabula Rasa dan masih banyak lagi dan saya tidak bisa menyebutkannya satu-persatu telah menumbuhkan harapan bagi masyarakat Indonesia akan kelangsungan perfilman Indonesia. Film-film Indonesia telah unjuk gigi mengenai siapa sebenarnya bangsa ini, seperti apa budaya bangsa ini, dan keindahan negeri ini. Judul-judul yang saya sebutkan hanya sedikit film yang ditayangkan di bioskop, masih banyak lagi film berkualitas lainnya yang ditayangkan dengan media lain seperti bioskop online dan lain-lain. 
Semoga kedepannya ketika jargon "Ayo, nonton film Indonesia' dikumandangkan, tidak akan ada lagi celetukan tentang bagaiman cabe-cabeannya film kita, namun celetukan dengan antusiasme dan semangat untuk mendukung film Indonesia.

Ayo, dukung film Indonesia! Tidak, tidak perlu menjadi produser atau hal-hal yang rumit lainnya. Cukup dengan menonton film Indonesia di bioskop, niscaya 10 atau 20 tahun kedepan, insan perfilman kita dapat menyaingi baik Hollywood, Bollywood bahkan aktif dan produktif di perfilman dunia.


Tertanda,

Penonton yang peduli Film Indonesia


9.5.15

Selamat Pagi, Malam





Bintang yang sendiri
Datang malam ini
Biar tak sendiri
Tak cemas karena pagi

Melayang-layang
Ke dadaku
Ada rindu yang
Hangat disitu

Semalam saja
Lalu ku biarkan
Engkau menyelinap
Pergi jauh

Karena ku tak ingin
Apa-apa
Dan tak tak dimiliki
Siapa-siapa

Semalam saja
Tak mau sendiri

Ucapkan kata
Selamat Pagi

Selamat Pagi, Malam - Agustine Oendari

Lagu ini merupakan soundtrack dari salah satu film Indonesia yang saya bela-belakan untuk menonton film berjudul sama yaitu Selamat Pagi, Malam karya Lucky Kuswandi. Film yang mengambil latar di ibukota Indonesia, yaitu Jakarta begitu menampilkan kehingar-bingaran kota metropolitan ini, namun memaparkan kenyataan bahwa sesuatu yang gemerlap mempunyai sisi gelapnya. 
Setiap orang punya rahasia, yes?
Seperti ketiga tokoh utama yaitu Gia (Adinia Wirasti), Indri (Ina Panggabean), dan Ci Surya (Dayu Wijanto)

Gia, sang pelancong yang baru saja pulang dari kota The Big Apple kembali ke rumahnya yaitu Jakarta. Culture shock, mendapati kehingar-bingaran dan kemunafikan Jakarta saat ini. Apapun yang trend bergerak seperti wabah. Satu orang mempunyai blackberry, semua orang punya blackberry. Satu orang menyukai rainbow cake, semua orang berlomba-lomba menyantap rainbow cake. Entah kemana orisinalitas individu di Jakarta masa kini. Namun yang Gia tidak sangka, partner semasa di New York yang terlebih dahulu pulang, Naomi (Marissa Anita) adalah satu dari sekian orang yang Gia anggap munafik. Seseorang yang paling ia harapkan untuk tidak menjadi mayoritas. Entah siapa yang lebih munafik, Jakarta, atau Gia yang masih menganggap dirinya berada di New York dan tidak menerima keadaan rumahnya sekarang.

Siapapun ingin merasakan berada pada strata sosial tertinggi, apalagi di Jakarta dimana status sosial seseorang dapat kamu tebak berdasarkan merk tas jinjingnya. Termasuk Indri si penjaga handuk di tempat olahraga, ia ingin merasakan bagaimana menjadi orang kaya! Jalan pintas pun ia pilih. "Pilihlah pria yang mapan" kata orang tua dulu. Indri menggunakan kemahsyuran teknologi saat ini untuk menemukan sang pria mapan. Chatting atau mengobrol di dunia maya merupakan upaya Indri untuk mencapai keinginannya. Pria yang belum pernah ia lihat batang hidungnya pun meminta sesuatu yang rasanya kurang layak untuk seseorang yang belum pernah ditemui. Pria itu meminta Indri memuaskan hasratnya, ya, hasrat seksualnya melalui chatting. Hanya foto, pikir Indri yang kemudian memberikan apapun yang pria itu minta dengan harapan bahwa pria tersebut dapat membantunya mencapai kemakmuran berlebihan. Namun bagaimana ketika Pria itu tidak sesuai dengan apa yang Indri pikirkan? Bagaimana jika Indri merasa tidak semurah itu? Bagaimana ternyata Indri lebih memilih untuk jatuh pada lelaki yang nongkrong di kedai kerak telor pinggir jalan?

When you lost your soulmate, it feels like you lost half of your soul. Itulah yang dirasakan oleh Ci Surya ketika ditinggal suaminya untuk menghadap ke yang Maha Kuasa. Ia kehilangan arah. Namun penemuan sebuah kartu nama dengan nama Sofia di jas milik suaminya membuat Ci Surya harus berpetualang meninggalkan zona nyamannya. Menemukan sesosok Sofia, benalu pada pernikahannya. Entah untuk konfrontasi atau balas dendam, yang Ci Surya tahu adalah menemukan sosok Sofia.

Ketiga cerita berbeda latar belakang dipertemukan oleh keadaan, oleh keindahan kota Jakarta pada malam hari dengan segala lampu gemerlap, tepatnya di sebuah hotel (atau motel) tua nan indah. Sang sutradara, Lucky Kuswandi, tahu benar bagaimana mempertemukan ketiga tokoh dan meyakinkan penonton akan keabsahan cerita para tokoh tersebut. Penataan gambar yang begitu ciamik, membuat siapa saja jatuh cinta dengan Jakarta pada malam hari. Film ini berhasil menyentil sisi gelap Jakarta yang masih belum diterima masyarakatnya. Sisi Jakarta yang gelap, namun nyata adanya. Menurut saya, film ini memberikan penggambaran dan cara pandang yang baru bagi realitas yang ada saat ini khususnya di Jakarta. Cerita yang dibawa perlahan membuat penonton semakin lama semakin larut padanya. Dan yang tidak kalah adalah soundtrack yang begitu menghidupkan film ini. Rasanya keempat ibu jari saya akan saya angkat untuk film ini.

Seperti yang saya katakan bahwa film ini adalah salah satu film yang saya bela-belakan untuk menontonnya. Sayang sekali saya tidak sempat menonton film ini di bioskop. Akhirnya saya menonton di Kineforum Misbar yang dilaksanakan di Taman Menteng. Beruntungnya saya ditemani ketiga sahabat saya Andre, Radit, dan Faishal untuk menonton film ini. Saat itu hujan baru saja selesai mengguyur daerah Menteng dan sekitarnya namun antusiasme penonton cukup ramai untuk film yang baru akan diputar pukul 9 malam. Selama menonton, penonton begitu terkesima dan tersihir hingga tidak banyak suara-suara tambahan datang dari bangku penonton. Setelah film selesai ternyata ada kejutan! Sang produser, Sammaria Simanjuntak, Ci Surya, Dayu Wijanto, dan staff dari Dinas Pariwisata DKI Jakarta datang dan memberikan sesi tanya-jawab. Para penonton begitu antusias untuk mengangkat tangan dan bertanya. Setelah sesi-tanya jawab selesai, beruntung saya bisa sedikit mengobrol dengan produser Sammaria Simanjuntak. Saya mengatakan bahwa saya begitu menganggumi karya-karyanya dari karya terdahulu seperti cin(T)a dan Demi Ucok. Saya ingat betul bahwa beliau mengatakan terima kasih dan bilang bahwa saya harus terus berusaha dan jangan pernah menyerah untuk membuat perfilman Indonesia menjadi lebih baik.

Malam itu begitu Indah, rasanya saya tidak ingin mengucapkan selamat pagi.



Selamat Pagi, Malam (In the Absence of the Sun)
Released : 2014
Director : Lucky Kuswandi
Producer : Sammaria Simanjuntak, Sharon Simanjuntak
Studio : Kepompong Gendut
Cast : Adinia Wirasti, Marrisa Anita, Dayu Wijanto
Duration : 92 minutes




Bar Merah

Kubenamkan wajahku pada bantal bulu angsa. Bukan, bukan ini yang membuatku sulit bernafas. Perasaanku yang begitu tidak karuan membuat nafasku tersenggal-senggal. Ingin menangis, namun tidak setetes air mata pun yang dapat keluar.
Pernahkah kamu begitu kecewa, sakit hati, hingga kamu sulit bernafas?
Inilah keadaanku saat ini.
Sakit Hati.
Apa salahku?
Apa?
Pertanyaan tersebut terus mengiang dikepalaku.
Adilkah ini?
Aku menatap hampa kepada layar komputer jinjingku.
Bar merah, hanya kepada bar merah aku menatap.

MOHON MAAF ANDA TIDAK BERHASIL LULUS SELEKSI SNMPTN 2014

Sudah terlalu banyak permintaan maaf yang aku dengar.
Ini salah satu yang paling menyakitkan.
Bolehkah aku tidak memaafkanmu, wahai tulisan pada bar merah?
Aku hancur, hancur berkeping-keping lebih tepatnya.
Impian ku seumur hidup seakan hancur karena tulisan di bar merah.
Aku mulai kehilangan arah, tolong aku ya Tuhan.


Perasaan itu, satu tahun yang lalu aku merasakan perasaan itu.
Sungguh, aku tahu bagaimana perasaanmu, dik.
Aku tahu benar rasanya hancur seperti itu.
Namun, ini bukan akhir. Bar merah itu bukanlah jurang bagi impianmu untuk mencapai langit.
Sebelum seekor burung bisa terbang, ia terjatuh dan terjatuh terlebih dahulu.
Bar merah itu hanya kerikil, dik.
Semangatmu yang berkobar pasti dapat menghanguskannya.
Peganglah impianmu erat, dik.
Biarkan kemauan besarmu menuntunmu untuk mencapainya.
Jangan kendorkan semangatmu.
Jangan kecewakan dirimu.
Berusahalah, bar merah hanyalah pertanda bahwa usahamu yang lebih keras masih dibutuhkan.
Bisa, kamu pasti bisa dik.

Sampai bertemu di kampus perjuangan, dengan jaket kuning dihiasi makara.
Sampai bertemu pada jalan menuju impianmu.

Saat Istirahat

Teng Teng Teng

Bel sekolah berdentam 3 kali menandakan sesi pelajaran telah usai dan akan memasuki sesi istirahat. Anak-anak berhamburan keluar kelas, ada yang menuju kantin, ada yang menuju perpustakaan, dan ada juga yang pergi ke lapangan untuk bermain basket. Namun ada satu yang pergi menuju tempat yang tidak dituju orang lain, tempat itu adalah taman dibelakang sekolah. Taman itu tidak terlalu kecil, dan juga tidak terlalu besar. Taman itu juga dilengkapi sebuah bangunan kaca yang biasa disebut sebagai Green House. Bunga-bunga tropis bermekaran, berbagai tanaman obat tumbuh subur, dan satu pohon besar gagah berada di pusat taman tersebut. Perempuan itu tersenyum sumringah memandangi pohon besar nan gagah. Perempuan bertubuh mungil itu memutuskan untuk duduk dibawah rindangnya pohon besar, bersandar ke batang yang begitu gagah. Perempuan itu, Bintang, ya namanya Bintang sebagaimana tertera pada label buku yang ia pegang.

AKADEMI LUAR BIASA
Nama : Bintang Labdavara
Peminatan  : Riset Serum

Bintang membuka lembar demi lembar buku yang ia pegang, pelajaran Biologi dan Sumber Kekuatan. Sumber Kekuatan? Terdengar asing mungkin, namun tidak pada Akademi Luar Biasa. Akademi yang prestis ini hanya menerima siswa dengan kemampuan khusus yang tidak dimiliki manusia lainnya.

Kemampuan Bintang disebut Aurum, yaitu dapat mengubah apapun yang ia sentuh menjadi emas.  Bukan hanya warna, namun seluruh kandungan pada benda tersebut berubah menjadi kandungan emas. Oleh karena itu Bintang memutuskan untuk masuk ke dalam Akademi Luar Biasa. Ia lelah ketika ia tengah memegang apel dan ingin menggigitnya, apel tersebut berubah menjadi emas dan mengakibatkan giginya sakit. Atau ketika ia membasuh wajahnya, air berubah menjadi serpihan emas yang kemudian menutupi seluruh wajahnya dan membuatnya tersedak. Di Akademi Luar Biasa, siswa tidak hanya dididik dengan pelajaran sekolah pada umumnya seperti Matematika, Biologi, namun juga bagaimana mereka dapat mengendalikan kekuatannya.

Bintang tertawa-tertawa kecil melihat apa yang tertulis pada buku itu.
Sedikit lucu. Bagiamana hal yang terjadi didalam tubuh kita begitu kompleks namun kita tidak merasakan hal itu. Sungguh, sangat mengaggumkan! batin Bintang dalam hati.
Manusia begitu menakjubkan, dengan atau tanpa adanya kemampuan khusus, manusia sudah luar biasa. Seperti betapa cepatnya kerja neuron ketika sensor tubuh menyentuh sesuatu, atau ketika bayangan benda jatuh pada retina mata. Bahkan ketika kita memikirkan bagaimana salah satu organ tubuh manusia bekerja, semua organ tengah bekerja beriringan mendukung satu sama lain. Begitu sinergis dan harmonis.

Bintang terlarut dalam aktivitasnya saat itu hingga ia tidak menyadari bahwa ada orang lain di sisi yang berbeda dari pohon besar nan gagah. Pria itu hanya duduk terdiam, membiarkan angin membelai rambutnya lembut, dan membiarkan suara tawa dari Bintang mengisi keheningan taman nan sepi itu. Pria itu hanya menatap lurus kedepan, namun tatapan itu menyiratkan bahwa dirinya tengah memikirkan banyak hal. Pria itu melirik sedikit ke balik pohon, mendapatkan sosok lain yang tengah menunduk terpaku pada bacaannya. Pria itu mengepalkan tangannya, mengetuk-ngetuk batang pohon besar hingga Bintang menoleh kebalik pohon. Bintang mengamati si pria dibalik pohon.

"Hai?" sapa pria itu, begitu kikuk.
"Hai." balas Bintang, "Sedang apa disini?"
"Hanya duduk, kamu?"
"Ya, seperti yang terlihat, sama sepertimu."
"Oh"
"Aku tidak pernah melihatmu sebelumnya, apa kamu siswa Akademi Luar Biasa juga?"
Pria itu mengangguk sedikit ke arah Bintang.
"Apa kelebihanmu?" tanya Bintang dengan nada antusias.
"Kemampuanku menakutkan"
Bintang tertegun, ada apa dengan pria ini?
"Kalau begitu, siapa namamu?"
"Halilintar, panggil saja Lintar." Lintar menyuguhkan tangan bersiap berjabatan
"Hai Lintar, aku Bintang." Bintang membalas jabatan tangan Lintar
"Ya, aku tahu siapa dirimu. Siapa yang tidak tahu?"

Bintang hanya tersenyum kecil, hal itu bukan merupakan pujian baginya. Lintar menjelaskan bahwa hampir seantero akademi mengenal Bintang. Bintang yang pintar, Bintang yang berasal dari keluarga yang terhormat yaitu keluarga Labdavara, Bintang yang cantik secara fisik, Bintang yang mampu mengubah segalanya menjadi emas, Bintang yang serba bisa, Bintang yang segala-galanya. Senyum Bintang berubah kecut, ya, menjadi kecut. Seakan segala fakta yang disebutkan Lintar hanya kebohongan semata.

"Tunjukan padaku, apa kelebihanmu?" kata Bintang
"Sudah ku bilang, kemampuanku menakutkan."
"Tunjukkan padaku."
"Baiklah, kalau itu maumu."

Lintar mengambil beberapa daun kering yang berguguran disekitar pohon bsar kemudian menumpuknya menjadi sebuah gundukan. Lintar memberikan aba-aba ke Bintang untuk sedikit menjauh dari tempat ia berada. Lintar megusap kedua tangannya kemudian sedikit meniupnya. Kemudian menempatkan kedua telapak tangannya berada di atas kumpulan daun. Bintang mengamati dengan seksama. Wajah Lintar berubah menjadi penuh konsentrasi, ia memejamkan matanya begitu keras hingga terlihat kerutan-kerutan disudut matanya. Perlahan percikan-percikan timbul dari telapak tangan Lintar, percikan tersebut lama-lama berubah menjadi seperti kilat. Kilat itu kemudian menyambar tumpukan daun, menghanguskannya. Bintang cukup tercengang, kagum.

"Ini disebut Electrovausm. Kamu tidak takut?"
Bintang menggeleng kecil "Tidak, itu cukup keren"
"Keren?" Lintar tertawa cukup kencang, "baru pernah aku dengar ada yang bilang menghanguskan sesuatu itu keren."
"Sungguh. Kenapa aku harus takut?"
"Karena bisa saja, 10 detik dari sekarang aku bisa menghanguskanmu."
"Coba saja"

Mereka tertawa bersama, layaknya teman yang telah lama mengenal.
Topik-topik yang lain pun datang silih berganti, mengenai warna Bunga Hibiscus yang ada di Green House, membahas inovasi serum yang dibutuhkan oleh Akademik Luar Biasa, dan pada akhirnya membahas band The Wannadies yang terkenal di tahun 1990an.
Lintar merasa nyaman dengan percakapan mereka, begitu juga Bintang. Namun Lintar merasakan sesuatu yang janggal. Lintar merasa tidak selayaknya Bintang disini sendirian seperti dirinya. Semua orang menyukai Bintang, teman-teman Bintang pasti banyak. Untuk apa ia sendirian disini?
Lancang rasanya, seseorang yang baru saja mengenal menanyakan hal-hal yang cukup bersifat pribadi. Lintar memberanikan diri menanyakannya.

"Kenapa kamu disini sendirian?"
Bintang tersenyum, "Memangnya tidak boleh?"
Bodoh, bodoh kamu Lintar bertanya seperti ini. Lintar membatin
"Tidak, hanya... Sedikit aneh."
"Aneh?" Bintang menaikkan alis mata sebelah kirinya.
"Ya, orang sepertimu, ada disini, sendirian."
"Orang sepertiku?"
"Ya, kamu yang disukai semua orang. Ada disini sendirian. Akan berbeda jika yang berada disini adalah orang sepertiku, orang-orang memilih menjauh dariku demi keselamatan diri mereka jika saja aku hilang kendali. Kamu bisa mengubah sesuatu yang tidak berharga menjadi emas, begitu menakjubkan."
Bintang hanya tersenyum, seakan tidak semua yang dikatakan lintar benar adanya.

Mungkin Bintang memiliki segalanya, semua dengan nilai positif. Mungkin Lintar ada benarnya, seharusnya Bintang tidak berada disini. Seharusnya ia berada di kantin, bercanda ria bersama teman-temannya. Atau mungkin berada di perpustakaan sambil mendiskusikan percobaannya dengan rekan laboratoriumnya. Segala kemungkinan yang menempatkan Bintang di tempat yang bukan disini. Seharusnya Bintang bahagia, seharusnya. Namun didalam hatinya, ia ketakutan, ia ingin sendiri.

"Kamu beruntung Lintar, kamu bisa sendiri."
Sekarang Lintar yang bingung terteggun.
"Beruntung bisa sendiri?"
"Ya, beruntung. Juga beruntung dengan kemampuanmu itu."
"Apa yang menguntungkan dari menghanguskan sesuatu?"
"Setidaknya ketika seseorang menyukaimu, ia menyukaimu dirimu yang sebenarnya bukan karena kemampuan mu dapat mengubah sesuatu menjadi emas.."
Lintar terdiam, kemudian Bintang melanjutkan.
"Atau bukan karena kemampuanmu untuk berkontribusi dalam percobaan pembuatan serum, atau juga bukan karena nama belakangmu adalah Labdavara. Terdengar egois, namun kadang yang aku inginkan adalah orang-orang dapat menyukaiku karena aku Bintang, aku yang menyukai The Wannadies, aku yang tidak dapat menahan tawa, dan aku yang menjadi diriku yang sebenarnya."
Lintar menatap Bintang nanar, ia tak menyangka seseorang yang ia kira adalah salah satu orang paling bahagia dapat menyembunyikan sesuatu yang menyedihkan. Lintar mengira bahwa berada sendiri itu menyedihkan, namun ternyata kenyataan bahwa kamu tidak sendiri namun merasa sendirian adalah sesuatu yang lebih menyedihkan.

Mereka berdua terdiam, namun senyum simpul terukir di wajah keduanya. Seakan bertemu hal yang saling melengkapi.

Teng Teng Teng Teng

Bel sekolah kembali berdentam, 4 kali dentaman menandakan waktu istirahat telah habis dan sesi pelajaran berikutnya akan segera dimulai. Mereka berdua berdiri, kali ini mereka saling berhadapan. Saling melontarkan senyuman dan lambaian kecil, sebagai tanda mereka akan bertemu kembali. Mereka berjalan ke arah yang berbeda, menuju lorong yang berbeda, dan memasuki kelas yang berbeda.
Namun saat ini, keduanya punya sesuatu yang sama yang mereka nanti pada saat istirahat.

30.4.15

Citizen Journalism?

ALOHA
Sudah lama sekali tak bersua, wahai kawan lama
Nah! Pada kesempatan kali ini, gue akan membagi cerita gue ketika mengikuti seminar Jurnalism di Pekan Komunikasi Universitas Indonesia minggu lalu

Jadi sebenarnya ini tugas, tapi gue mau share juga dengan teman-teman pengunjung blogku semua



Pada hari Kamis, 23 April 2015 telah dilaksanakan seminar Journalight mengenai The Power of Citizen Journalism dan Unseen Local Issue. Pembicara pada seminar tersebut adalah Dede Apriadi selaku Kepala Redaksi NET TV, Tantyo Bangun selaku co-founder jelajah.co.id, dan Helena Yoranita sebagai perwakilan dari Watchdoc. 

Pada sesi pertama, para pembicara menjelaskan mengenai Citizen Journalism. Kak Dodi Prananda sebagai moderator membuka sesi pertama dengan membahas Citizen Journalism bersama Mas Dede. Mas Dede menuturkan bahwa NET TV merupakan salah satu pionir dari adanya Citizen Journalism di Indonesia. Pada awalnya, NET TV tidak terlalu serius membawa Citizen Journalism ini, namun ternyata ketika NET TV mencoba menggunakan video berita yang dikirimkan oleh masyarakat, video tersebut begitu baik dan layak ditayangkan. Saat ini, NET TV mempunyai engine sendiri untuk Citizen Jorunalism dimana masyarakat dapat mengunggah video dan membernya kini telah mencapai 20.000 member. Mas Dede menjelaskan bahwa Citizen Journalism sangat potensial, namun adanya Citizen Journalism ini mengakibatkan adanya konflik internal pada redaksi. Wartawan merasa khawatir dengan adanya Citizen Journalism ini.

Kemudian dilanjutkan oleh Mas Tantyo, Mas Tantyo merasakan bahwa adanya Citizen Journalism ini membantu media untuk mendapatkan berita yang menarik dan beragam. Mas Tantyo menceritakan pada saat ia bekerja pada National Geographic Indonesia, diadakan sebuah sayembara fotografi yang akan dikompilasikan menjadi 55 foto Gunung Berapi terindah di Indonesia. Ternyata hasil yang didapatkan dari masyarakat begitu indah dan unik, sama bagusnya dengan foto yang dikirimkan fotografer profesional. Lalu pada saat Mas Tantyo mengadakan workshop mengenai fotografi dan berita untuk warga di Lamalera, hasil praktik foto-foto warga begitu mencenangkan karena begitu detail sehingga data visual tersebut dapat dimanfaatkan untuk penelitian visual. 

Mbak Helena melanjutkan dengan sejarah Citizen Journalism. Awal dari adanya Citizen Journalism adalah pengiriman video amatir kasus kekerasan di STPDN. Mbak Helena juga menuturkan bahwa Citizen Journalism seharusnya bukan menjadi ancaman bagi wartawan, namun sebagai pelengkap dan saling membantu. Menurut Mbak Helena, saat ini masyarakat Indonesia sudah pintar sebagai penonton. 

Seminar dilanjutkan pada sesi kedua membahas isu Unseen Local Issue. Isu ini diangkat karena adanya perasaan bahwa berita terlalu sentralisasi di daerah pulau Jawa. Mas Dede menjelaskan bahwa saat ini peraturan perundang-undangan mengatur bahwa 20% dari waktu siar hrus diisi dengan adanya berita lokal. NET TV sendiri terus berusaha untuk meningkatkan berita lokal. Saat ini, lebih dari 500 video diunggah setiap harinya di engine Citizen Journalism meliputi seluruh daerah di Indonesia. Menurut Mas Dede, diperlukan usaha untuk mendapatkan sponsor yang mendukung adanya siaran lokal. 

Mbak Helena kemudian menampilkan video mengenai perjuangan radio komunitas di Lampung. Karena rumitnya izin siaran dengan ketentuan yang dipersulit, hanya sedikit radio komunitas yang dapat bertahan. Menurut Mbak Helena, publik masih belum paham bahwa frekuensi publik merupakan milik masyarakat bukan dari televisi maupun radio. Frekuensi publik saat ini disalahgunakan oleh pemilik media hanya untuk mendapatkan keuntungan. Hampir setiap televisi menampilkan program dan berita yang seragam karena mekanisme pasar. Menkominfo dan KPI seharusnya mengevaluasi setiap 10 tahun sekali. Upaya yang dapat dilakukan untuk menyadarkan masyarakat mengenai frekuensi publik adalah milik masyarakat yaitu masyarakat harus melek media. 

Setelah mengikuti seminar ini, saya semakin merasakan kedahsyatan media khususnya televisi. Dan yang saya sadari pula bahwa saat ini, pemberitaan di media cenderung sentralisasi. Pengalaman pribadi saya adalah ketika saya mencari berita mengenai pengelolaan air di Papua, sumber yang saya dapatkan kebanyakan berasal dari media lokal. Media nasional masih sedikit yang menyoroti daerah-daerah selain pulau Jawa. Pemaparan mengenai frekuensi publik pun menurut saya cukup mencenangkan. Frekuensi yang seharusnya milik publik, bahkan tidak diketahui publik tentang status kepemilikannya. Publik sebagai penonton masih cenderung menerima, jika tidak suka dengan acara televisi, hanya bisa mematikan televisi. Padahal frekuensi publik merupakan hak kita sebagai penonton. Para punggawa media lah yang seharusnya menghormati kepemilikan frekuensi publik dengan menyajikan acara yang memberikan manfaat kepada publik, bukan hanya cerita seputar seseorang mengenai kehidupannya yang tidak berdampak apa-apa bagi orang banyak. 

Pada pelajaran Teori Komunikasi, dijelaskan mengenai sebuah teori yaitu Cultivation Theory. Secara singkat, teori tersebut menggambarkan bahwa media khususnya televisi saat ini cenderung menampilkan kekerasan sehingga membuat resah penonton. Contohnya berita pembunuhan, perampokan, pemerkosaan yang selalu ada di berita layar kaca. Namun setelah mendengarkan teori tersebut, apakah hanya ada efek negatif dari kekerasan yang disiarkan pada publik? Ternyata sebenarnya tidak hanya efek negatif yang ada, efek yang baik (sepertinya kurang cocok jika saya sebut positif) dari adanya kekerasan yang ditampilkan adalah masyarakat menjadi lebih berhati-hati, bukan fobia, namun hati-hati dan was-was karena kejahatan ada di sekitar kita. Berita tersebut juga membuat masyarakat lebih strategis menghadapi keadaan, dengan adanya berita seperti itu seharusnya diiringi dengan liputan mengenai pencegahan, apa yang harus dilakukan untuk menyelamatkan diri, dan apa yang harus dilakukan paska kejadian. 

Seperti biasa, saya membahas sebuah topik cenderung lebih breadth daripada depth 

Harapan saya, baik sebagai warga negara Indonesia dan pelaku media di masa depan (amin), adalah bahwa kedepannya masyarakat Indonesia lebih melek dengan media. Tidak hanya masyarakat, para punggawa media juga semakin sadar dengan kepemilikan frekuensi publik. Dengan media yang bersih, tidak sentralisasi, dan inklusif akan mendukung perkembangan Indonesia menjadi negara yang maju dan berdaya saing tinggi. 


See you adioso!