8.5.16

Review : AADC?2

Ini dia, film Indonesia yang paling ditunggu abad ini (berlebihan), film yang menjadi jawaban atas segala pertanyaan (juga berlebihan).
Filmnya adalah........... (drum roll) ............ ADA APA DENGAN CINTA? 2


Film ini merupakan sekuel dari Ada Apa Dengan Cinta? (2002), yang dianggap merupakan tonggak kembalinya film-film Indonesia yang berkualitas. Hampir semua orang terkena 'demam' AADC, mulai dari buat puisi-puisi 'nyastra' ala-ala Rangga, bikin dance genk ala genk Cinta, maupun memakai jepit kupu-kupu besar ala Cinta. Pokoknya, kehidupan remaja yang hype banget!

Nah di sekuel ini, Ada Apa Dengan Cinta? 2 (AADC 2) kembali menyuguhkan persahabatan antara Cinta (Dian Sastrowardoyo), Karmen (Adinia Wirasti), Maura (Titi Kamal), dan Milly (Sissy Prescillia), dan juga kisah cinta serial yang belum terjawab antara Cinta dan Rangga (Nicholas Saputra).


Sinopsis
Cinta, yang 14 tahun lalu adalah ketua mading, telah beranjak dewasa dan memiliki galeri seni sendiri. Cinta mengundang teman-temannya untuk datang ke galerinya, sekedar reuni kecil-kecilan. Tentu keadaan genk Cinta semua sudah berubah, Milly menikah dengan Mamet (Dennis Adhiswara), iya, Mamet yang itu, dan saat ini tengah mengandung anak pertama. Maura juga sudah menikah dengan Chris (Christian Sugiono) dan memiliki 3 anak. Karmen, yang harus bergulat dengan kenyataannya, ditinggal suami dan mencari pelarian kepada obat-obatan terlarang. Dan Cinta, yang  telah bertunangan dan akan menuju babak baru di kehidupannya bersama Trian (Ario Bayu). Mereka berkumpul di galeri seni Cinta, membahas keadaan yang sudah berubah seiring mereka yang juga tumbuh dewasa. Karena telah lama tidak menghabiskan waktu bersama, Cinta and the gank sepakat liburan bersama di Yogyakarta.

Di belahan dunia lainnya, tepatnya di New York, Rangga masih berkutat dengan tulis-menulis puisi. Mengarungi jalanan New York di musim dingin, ia kemudian pergi menuju sebuah kafe kecil miliknya. Ya, Rangga sekarang adalah penulis, fotografer, dan pembisnis. Datang seorang gadis membawa pesan yang lebih menusuk dibanding dinginnya kota New York, gadis itu adalah adik tiri Rangga. Rangga dihadapkan pada sesuatu yang tak pernah ia nanti, bertemu dengan sosok Ibu yang telah absen dari 25 tahun kehidupannya.

Di Yogyakarta, Cinta dan Rangga kembali dipertemukan oleh takdir, setelah 9 tahun yang lalu hubungan mereka berakhir tanpa alasan. Cinta awalnya menolak untuk bertemu kembali dengan seseorang di masa lalunya, yang ia anggap sudah menjadi prasasti di kehidupannya. Dorongan dari teman-temannya membuat Cinta sadar, ia menginginkan perdamaian, perdamaian dengan masa-lalunya, perdamaian dengan Rangga. Rangga sendiri juga ingin berdamai, berdamai dengan Cinta, berdamai dengan ibunya, dan berdamai dengan dirinya sendiri.

Akankah Cinta dan Rangga kembali bersama?
Atau Cinta akan bersama Trian?
Dan kemanakah Alya?

Tonton Ada Apa Dengan Cinta? 2 di Bioskop kesayangan anda!


Review
(MIGHT BE SPOILER)

Sebelumnya, udah saya ingatkan ya saya mungkin spoiler di bagian review ini. Setelah membaca tulisan ini, gue nggak bertanggung jawab atas ekspektasi dan harapan kalian saat menonton filmnya :p


Saking keponya, saya udah membaca beberapa review film AADC?2 dari beberapa sumber, and it's totally mixed review! And thanks for that, sayamenjadi semakin kepo dan ingin menentukan sendiri dengan menonton filmnya. 

Film garapan Miles Production dengan Mira Lesmana sebagai Produser dan Riri Riza sebagai Sutradara menggaet sineas-sineas yang memang sudah biasa menjadi tim dalam menggarap film-film dari Miles sebelumnya. Sebut saja Yadi Sugandi (Laskar Pelangi, 3 Hari Untuk Selamanya) sebagai Sinematografer, W. Ichwan Diardono (Laskar Pelangi, Atambua 39 derajat Celcius) sebagai Editor. Melly Goeslaw - Anto Hoed juga kembali didapuk sebagai penata musik dan pembuat soundtrack sebagaimana film pertamanya.

Saya mau membahas dulu ya beberapa segi teknik yang saya tau, atau dengan sedikit (banyak) ke-sok tahu-an saya. Saya sangat sangat sangat sangat menyukai color tone AADC?2, kayak somehow nyambung sama film pertamanya. Ada rasa-rasa nostalgia selain dari cerita yang saya rasakan berkat color tone itu. Urusan sinematografi dan pengaturan gambar nggak usah diragukan lagi, benar-benar jempolan. menyuguhkan gambar-gambar yang begitu memanjakan mata, baik di Jakarta, New York, maupun Yogyakarta. Menurut saya, penggambaran Yogyakarta begitu unik dengan sisi yang berbeda, sisi sebagai tempat wisata yang khas. Bagian yang paling saya suka adalah saat Cinta dan Rangga menonton sebuah papermoon puppet show, gambar yang disuguhkan begitu indah dan intens hingga saya terlarut emosi dibuatnya. Dari segi editing juga tidak perlu diragukan lagi. Ada satu scene yang saya dapatkan terjadi jump-cut, yaitu scene ketika Cinta dan Karmen melakukan Yoga. Namun hal ini tidak berdampak apapun pada keseluruhan film. Saya kurang memahami segi sound dan scoring, namun saya merasa penempatan lagu OST AADC?2 tepat untuk membangun emosi penonton.

Berikutnya saya membahas karakter dan akting, i do love how the characters develop through times. Cinta yang masih sensitif, namun dengan pikiran dan tindakan yang lebih dewasa. Karmen yang masih galak, namun menjadi lebih bijak. Maura yang masih centil, namun menjadi sosok yang lebih perhatian. Milly masih masih lucu dan menggemaskan, dengan celetukan-celetukan di timing yang pas. Perubahan karakter yang paling menganggetkan buat saya adalah karakter Rangga, masih kaku dan sinis, but somehow cheesy. Cheesy is not always a bad thing, Rangga yang menjadi cheesy menurut saya berhasil membuat Cinta dan penonton (khususnya perempuan) tersenyum mesem-mesem sendiri. Sebagai penonton, saya tidak merasakan para pemain AADC?2 memerankan sesuatu yang dibuat-buat. Persahabatan genk Cinta begitu mengalir, penonton pun dibuat seperti 'reuni' dengan teman-teman lama. I praise Dian Sastrowardoyo khususnya scene Cinta memberikan alasannya mau bertemu dengan Rangga, parah, maksimal. Dan teruntuk Sissy Prescillia, yang membuat karakter Milly begitu hidup dan sangat berkesan.

Terlihat pada poster AADC?2, dimana Rangga yang mengisi posisi Cinta di poster film pertamanya. Film ini juga lebih fokus pada kehidupan Rangga, dan perspektif Rangga pada kisahnya dengan Cinta. Kisah kehidupan Rangga di'gali' lebih jauh, sehingga Rangga menjadi sosok yang lebih dikenali. Penonton diajak menjadi Cinta, yang menginginkan jawaban dan penjelasan dari Rangga.

But there's no flashback scene in this film, seakan memang membiarkan yang lalu menjadi berlalu. Penonton, baik yang memang menonton dari film pertama, maupun penonton baru dari generasi yang baru, tidak harus terikat dengan film pertamanya. AADC?2 menjadi sekuel, namun tetap bisa berdiri sendiri.

Pada beberapa review yang saya baca, banyak yang terganggu dengan ads placement di film ini. Saya pribadi tidak merasa terganggu karena saya masih merasa dapat menoleransi karena produk-produk tersebut ditempatkan pada scene yang sesuai.

Nah, ini yang mungkin sedikit spoiler ya, saya pribadi menyukai jalan cerita kisah Cinta-Rangga. Sangat relevan menurut saya, tidak terlalu klise. Alasan Rangga meninggalkan Cinta pun menurut saya dapat dipertanggungjawabkan, i can understand the reason. Sebagai penonton, saya menyeletuk "ooh gitu toh" pada saat Rangga menjelaskan alasannya meninggalkan Cinta. Namun saya #TeamCinta ketika ia bilang "Kita nggak pernah ngebahas ini dulu.". Yes, alasan tersebut hanya menjadi kenyataan bagi Rangga selama ini, namun Cinta tidak pernah mengetahui kenyataan tersebut. Dialog-dialog singkat antara dua orang yang pernah saling menyayangi, dan tersirat bahwa masih ada rasa. Puisi-puisi karya Aan Mansyur benar-benar membuat hati saya bergeming.

Batas
(karya Aan Mansyur)

Semua perihal diciptakan sebagai batas. Membelah sesuatu dari sesuatu yang lain. Hari ini membatasi besok dan kemarin. Besok batas hari ini dan lusa. Jalan-jalan memisahkan deretan toko dan perpustakaan kota, bilik penjara dan kantor walikota, juga rumahmu dan seluruh tempat di mana pernah ada kita. 
Bandara dan udara memisahkan New York dan Jakarta. Resah di dadamu dan rahasia yang menanti di jantung puisi ini dipisah kata-kata. Begitu pula rindu, hamparan laut dalam antara pulang dan seorang petualang yang hilang. Seperti penjahat dan kebaikan dihalang uang dan undang-undang. 
Seorang ayah membelah anak dari ibunya—dan sebaliknya. Atau senyummu, dinding di antara aku dan ketidakwarasan. Persis segelas kopi tanpa gula menjauhkan mimpi dari tidur. 
Apa kabar hari ini? Lihat, tanda tanya itu, jurang antara kebodohan dan keinginanku memilikimu sekali lagi

Satu kata; mampuy.
Saya tertohok dibuatnya.

Sepanjang menonton filmnya saya sama sekali tidak merasa terganggu dengan jalan ceritanya, it all makes sense. Namun setelah menonton dan berpikir sejenak, saya cukup merasa ada sesuatu yang kurang, sesuatu yang terlalu diburu-buru. Penyelesaian seakan disuguhkan seperti this is how the audience wants, saya pribadi mengharapkan lebih banyak detail dari penyelesaian tersebut. Celetukan-celetukan politik diselipkan saat Rangga mengaku selalu mengikuti pemilu dan bertanya pada Cinta apakah ia menyesal dengan Presiden pilihannya. Namun celetukan politik di AADC?2 tidak sebanyak AADC? yang saat itu dibawa melalui kisah ayah Rangga.



Over all my whole AADC?2 experience was soooooo good. Saya begitu bernostalgi dan somehow bisa memahami jalannya kisah cinta dengan penjelasan ini. Penjelasan, sesuatu yang mahal dan susah didapat oleh dua insan yang pernah saling berbagi rasa. Dan tentu film ini menambah referensi saya khususnya tempat wisata di Yogyakarta, saya sangat ingin menonton papermoon puppet show karenanya. And for my own personal reason, AADC?2 seakan pula memberikan jawaban atas pertanyaan perasaan saya sendiri. 

Tunggu apalagi? Nonton Ada Apa Dengan Cinta?2 Di Bioskop!


Bonus (KLIK!)