20.2.17

Like a Fool

Bahkan akhir-akhir ini gue nggak bisa nulis.
Bahkan akhir-akhir ini gue nggak tau harus merasakan apa.
I feel numb, emotionally numb.
Gue bahkan nggak tahu lagi apa yang gue inginkan, gue harapkan. Seharusnya gue nggak di posisi ini, posisi mengeluh. Apa sih yang sebenarnya gue keluhkan? My life was fine.
Apa?
Pertanyaan yang terus terngiang di kepala gue.
Kenapa?
Kenapa gue merasa hampa kayak gini?
Yang gue lakukan hanya menonton film, berharap gue bisa merasakan sesuatu. Gue memang menangis, gue memang tertawa. Namun gue masih merasa hampa.
I don't event know what i'm looking for, and i don't like myself right now.
Kemana gue yang selalu berpikir positif?
Kemana gue yang selalu bisa menyemangati orang lain?
Apa selama ini gue terlarut larut dalam kebohongan gue sendiri?
Gue menghela nafas panjang, mendengar detak jantung sendiri.
Gue masih hidup.
Bukankah itu sudah cukup membuat gue bersyukur? Mengapa gue terus mengeluh?
Fool.
Numb.
That's what i am right now

15.2.17

Voting Days

Hi bloggie
Sepertinya gue akan lebih sering menggunakan blog gue sebagai jurnal harian hahahaha, semoga kalian nggak bosan mendengar keluhan gue.

So gue ngepost ini di hari rabu karena gue sedang libur. Libur apa? Libur Pemilihan Kepala Daerah. Gue menggunakan hak suara gue, dan ketika gue mencoblos, gue berdoa agar gue nggak salah pilih. Hari ini adalah hari yang cukup gue nantikan karena pada hari ini telah berakhir semua kampanye dari semua pasangan calon. Yes, walau gue tertarik mengikuti perkembangan politik namun gue sudah mulai muak. Muak dengan segala kebencian yang disebarkan selama masa kampanye ini.

Anyway, hari ini adalah satu hari setelah hari Valentine. Dan entah mengapa gue sedang ingin merefleksikan diri mengenai arti cinta buat gue.

Gue nggak tahu apakah gue pernah benar-benar jatuh cinta. I mean, perasaan yang kata orang begitu megah hingga gue tidak bisa memikirkan hal lain selain satu orang yang katanya lagi bisa mengubah kehidupan gue. Gue pernah suka sama orang, suka sampe membuat diri gue jadi bego pun pernah, tapi cinta? No oh, sepertinya belum.

The idea of love somehow fascinated me yet creeps me out. Kata orang cinta itu indah, dan gue penasaran dan mau merasakan itu. Tapi kalo gue pikir-pikir lagi..... cinta itu menyeramkan. Gue belum pernah kebayang punya orang yang tau seluk-beluk kehidupan gue dan dapat menerima gue apa adanya. Dan itu pula yang membuat gue takut, gue takut nggak akan ada orang yang bisa menerima dan mencintai gue apa adanya.

Teman-teman gue sering bilang kalau gue itu pemilih, maunya yang kayak gini dan kayak gitu dan sebagainya. Tapi gue merasa orang-orang yang pernah gue suka nggak pernah sesuai kriteria yang gue mau. Sepertinya gue adalah orang yang suka orang lain karena terbiasa. Dan ketika gue terbiasa tanpa adanya orang-orang itu, ya gue biasa aja.

Kalo gue ditanya apakah gue mau punya pacar? Jujur gue mau. Tapi gue nggak mau membangun hubungan sama seseorang hanya untuk menghabiskan waktu, menurut gue nggak worth it aja kayak gitu. Bukan berarti gue juga mau hubungan yang serius-serius banget, tapi gue juga nggak mau kalau cuma buat mainan. Gue mau menjalani dan menjadikan sebuah hubungan sebagai langkah menjadikan diri gue dan diri orang lain itu menjadi pribadi yang lebih baik.

Kalau gue ditanya apakah gue takut jatuh cinta? Gue nggak takut, bahkan gue mau jatuh cinta. Yang gue takutkan adalah orang yang nantinya gue cintai nggak bisa cinta sama gue. Whatever the reason is.

Ya, cinta, cinta, cinta, terdengar syahdu namun memabukkan.
Apakah gue harus mabuk agar bisa mencinta? Hahahahaha becanda.

Oh ya, ini rekomendasi gue buat korean love songs


Dan gue harus kembali mengerjakan tugas, so see you around!


12.2.17

12AM notes, not poems

Membaca tulisan teman gue Putu membuat gue sadar dengan satu hal, it's okay to put yourself first. Or the other words, being an ego one.

Dan disini, saat ini, akan gue umbar semua keegoisan gue! And hopefully i won't regret this!

I miss blogging. Gue kangen banget menulis di blog. Gue nggak harus takut dengan apa respon orang-orang yang baca, ataupun nggak ada lagi yang baca selain diri gue sendiri. Gue nggak harus takut kalo ada penulisan yang kurang efektif ataupun tidak sesuai KBBI. Disini, gue menulis untuk diri gue sendiri. Gue menceritakan apa yang gue tahu, yang gue rasakan, dan yang ingin gue bagi.

Writing has been hard lately. Menjadi mahasiswa jurnalisme kadang membuat gue meragukan tulisan gue sendiri. Apakah ini sudah cukup tajam? Cukup mumpuni? Nggak berpihak? Efektif? Dan segala keraguan lainnya. Bukan berarti gue nggak bahagia jadi mahasiswa jurnalisme, i have a good, bad, marvelous time. Dan gue memang ingin belajar menjadi jurnalis yang baik. But i miss writing for myself.

Kadang keegoisan gue ini, menulis untuk menyenangkan diri gue sendiri, membuat gue berpikir ulang untuk jadi jurnalis. Buat gue, seseorang yang dapat menjadi jurnalis harus memiliki sifat selfless karena mereka menulis untuk orang lain. Dan hal yang membuat gue sedih, kadang gue menulis tanpa perasaan. Tulisan gue hanya menjadi sekedar hasil jadi, produk. Padahal seharusnya yang dicurahkan dalam tulisan itu adalah perhatian dan diri gue terhadap orang banyak. Mungkin itu yang memang dialami oleh para jurnalis pada masa awal karir mereka, mungkin, gue juga belum pernah nanya. I will ask later on.

Menulis adalah cara gue berbuat baik untuk diri gue sendiri. Gue lebih memilih menulis dibanding harus berbicara mengenai perasaan gue. Ketika gue berbicara, selalu ada rasa penyesalan setelahnya. Hal yang kurang baik dan harus gue akui adalah gue berbicara lebih cepat dibandingkan gue memikirkan apa yang harus dikatakan. Layaknya gue berbicara secara otomatis sebelum gue tahu makna atau pesan apa yang benar-benar ingin gue sampaikan. But i'm still a loud one, i love to talk somehow when i'm with poeple. But when i'm alone? Not so much.

Apakah gue jadi 'berisik' karena mencari perhatian? Mungkin, tapi gue sendiri juga kadang melakukan itu secara tidak sadar. I like to interact with people, greetings, and all those little stuff. Namun hal tersebut cukup melelahkan sehingga ketika gue sendiri gue akan diam seperti memberi diri gue sendiri jeda waktu.

Cukup lega rasanya menuliskan ini.

A lot things happened, tapi hal yang masih harus gue pelajari adalah how to say no and do something for myself. Dua hal tersebut yang kadang menempatkan diri gue pada posisi yang tidak gue senangi, dan membuat gue tidak senang dengan diri sendiri. Gue tau masih banyak orang di luar sana memiliki masalah yang lebih penting dari sekedar tidak senang dengan diri sendiri. Namun ketika gue aja nggak suka sama diri gue sendiri, kenapa orang lain harus suka? Yang punya kewajiban untuk menyukai diri gue ya gue sendiri.

I'd like to meet the drunk version of myself, listening to what i really feel. Melegakan diri gue sendiri, menjadi jujur dengan diri gue sendiri. Kenapa ya susah untuk jujur dengan diri gue sendiri? Untuk yakin dengan kemauan sendiri?

Betapa menyedihkannya gue mengeluh di tengah malam, malam minggu lagi.

But at least i do good things for myself, let my mind and my heart burst some times.