30.10.15

Analogi : Biru



Air beriak, tanda tak dalam
Ia teriak, ia tenggelam
Ia terisak, ia terdiam
Perih, katanya
Sedih, rasanya
Ia hanyut terbawa kenangan
Ia larut terpaku angan


Lalu ia biarkan waktu berlalu
Sehari, Seminggu, Sebulan, Setahun
Bahkan lebih
Hanya meredam rasa perih


Sudah ia biarkan semua berlalu
Hasilnya?
Ia menemukan dirinya
Disini, kembali


Angin membelai rambutnya lembut
Debur ombak mengisi heningnya fajar
Ia mendengus
Ia memekik


Berdiri menghadap cakrawala
Bertumpu dengan nostalgi
Secercah harapan, segelintir rasa

Aku menatap
Aku meratap
“Biarkan langit sebiru rasamu” kataku
“Laut sudah biru, mengapa harus ditambah langit?” katanya

Dan disini pula ku temukan
Diriku, bukan, seluruh raga dan jiwaku
Menemaninya
Mendukungnya
Menjaganya
Ia yang masih terjebak masa lalu
Dan aku
Yang masih terjebak menyayanginya
Tidak Aku tidak terjebak
Aku hanya menyayanginya
Sangat menyayanginya


Pelik
Ingin pula aku memekik
“Adakah artiku?”
“Tak bisa kah ku hapus masa lalumu?”


Namun kusadari
Aku hanya menjadi pantai baginya
Tidak akan pernah menjadi laut
Atau samudera
Aku hanya tempat untuk singgah
Bukan untuk diarungi


Ia singgah di pantai
Ia terus menatap laut
Ia terus mendambakan samudera
Dan aku yang terus menyayanginya


Pria yang tenggelam di masa lalu