20.8.16

St. Jerome’s Laneway Festival Singapore : Tidak terlupakan!

The 1975


Sebagai orang yang memang senang untuk menonton konser, saya sudah acap kali datang ke berbagai konser baik dari Pentas Seni hingga festival Internasional. Namun jika ditanya konser mana yang Terbaik bagi saya, jawabannya adalah St. Jerome’s Laneway Festival di Singapura. Alasanya bukan hanya karena konser tersebut sudah berkelas Internasional ataupun line-up yang keren. Satu alasan terkuat adalah; on-time. Dari berbagai konser yang saya datangi, saya cukup maklum jika konser dimulai terlambat atau ngaret. Jujur, saya sudah terbiasa untuk menunggu sejam atau dua jam dari waktu yang diberitahukan. Karena itu lah saya begitu amazed dengan ketepatan waktu St. Jerome’s Laneway Festival Singapore.
            St. Jerome’s Laneway Festival merupakan festival musik indie yang memang sudah diakui oleh para concert-goer. Berasal dari negara kangguru yaitu Australia tepatnya di kota Melbourne, festival ini kemudian berekspansi ke Selandia Baru, Amerika Serikat, juga Singapura.
            St. Jerome’s Laneway Festival Singapore 2016 diselenggarakan pada 30 Agustus 2016 di The Meadow, Gardens By The Bay. Line-up-nya pun begitu jaw-dropping, ada The 1975, Grimes, CHVRCHES, Purity Ring, Beach House, The Internet, DIIV, dan lainnya dengan total 28 performer lokal dan internasional. Ada empat panggung yang disediakan festival ini; Garden Stage, Bay Stage, Cloud Stage, dan White Room. Selain itu, festival ini juga dipenuhi oleh berbagai booth baik dari sponsor juga makanan-minuman. Festival ini dimulai pukul 11.00 dan selesai pada tengah malam. Seperti yang saya sudah katakan, semua dimulai tepat sebagaimana tertulis di jadwal yang diberikan kepada kurang lebih 13.000 penontonnya. Ini pengalaman saya menonton St. Jerome’s Laneway Festival Singapore.
            Saya bersama teman saya, Ayu, datang pukul 14.00. Saat itu matahari begitu terik dan hawa panas tidak terhindarkan. Saya datang tepat ketika East India Youth akan tampil di Cloud Stage. Cloud Stage tidak sebesar Bay Stage atau Garden Stage yang merupakan panggung utama festival ini. Dengan jas dan dasinya, William Doyle –nama asli East India Youth- menyapa penonton. Penonton pun kemudian dimanjakan dengan musik dreamy instrumental-nya. East India Youth bilang bahwa dirinya tidak pernah merasakan udara sepanas ini, namun ia akan tetap menggunakan jas dan dasinya agar para penonton mendapatkan pengalaman terbaik dari penampilannya. Penonton pun bertepuk tangan dengan meriah!
            Kemudian saya berpindah menuju Bay Stage yang akan diisi oleh The Internet. Penonton bersorak ketika satu-persatu personil The Internet menaiki panggung, Syd The Kyd –vokalis The Internet – kemudian mengajak penonton untuk ikut bergoyang bersamanya. Band neo-soul ini berhasil membuat para penonton menggerakan tubuh dan menikmatinya.

Thanks to Airbnb booth!

            Panas yang begitu menyengat dan penonton yang sangat ramai membuat saya cepat haus dan lapar. Beruntung panitia memberikan air mineral botol kepada setiap penonton saat memasuki venue. Penonton juga tidak perlu khawatir karena banyak booth yang menjual berbagai macam makanan. Mulai dari Sloppy Joe hingga wrap sushi, jus hingga booze, semuanya tersedia untuk memuaskan selera. Selain itu, penonton juga bisa mendatangi booth-booth sponsor seperti Airbnb, Jake Willis, H&M, dan lainnya. Booth sponsor tersebut menawarkan berbagai kegiatan seperti games, tempat duduk untuk sekedar beristirahat, juga freebies berupa goodie bag juga foto siap cetak.
            Setelah memuaskan perut dan mengistirahatkan diri sejenak. Saya dan Ayu kembali menuju Bay Stage pada sekitar pukul 17.00 untuk menonton Hermitude. Duo electronic hip-hop asal Australia ini membawakan hits meeka yaitu “The Buzz” dan “Ukiyo” yang membuat penonton bersorak. Walaupun menurut saya saat itu masih terlalu ‘pagi’ untuk musik elektronik, tapi Hermitude tetap berhasil membuat para penonton melompat dan bergoyang hingga set mereka berakhir.
            Setelah Hermitude selesai, banyak orang berbondong-bondong menuju Bay Stage karena penampil berikutnya adalah The 1975, band yang tengah digandrungi. Para pria asal Manchester ini membuka penampilan mereka dengan single terbaru mereka “Love Me” dan penonton ikut bernyanyi. Matt Healy –frontman band The 1975- membuka kancing kemejanya ditengah set dan penonton khususnya para perempuan berteriak histeris. Cukup sulit bagi saya untuk bernafas saat itu karena penonton yang begitu padar sehingga saya harus berusaha mendapatkan oksigen. Panggung Bay Stage dihiasi oleh lampu neon khas The 1975 yang begitu terang sebagaimana penampilan mereka yang begitu memukau. Setelah membawakan 12 lagu termasuk lagu hits mereka yaitu “Girls”, “Chocolate”, dan “Sex”, The 1975 pun melakukan bow-down untuk mengakhiri penampilan mereka.
            Kemudian saya bergeser ke Garden Stage yang hanya bersebelahan dengan Bay Stage untuk penampilan band favorit saya, CHVRCHES. Sambil menunggu, saya menikmati penampilan Grimes yang berada di panggung Bay Stage. Mungkin saya bukan fans berat Grimes, tapi saya begitu takjub dengan penampilanya yang solid dan penuh energi. Dengan memakai bando pita merah yang besar serta beberapa penari latar, Grimes menghipnotis penonton dengan musik synth-pop-nya.
            The wait is over. Akhirnya CHVRCHES akan tampil. Ini bukan kali pertama CHVRCHES tampil di St. Jerome’s Laneway Festival Singapore, tapi ini pertama kalinya saya dapat melihat mereka secara langsung. Suara Lauren Mayberry yang manis namun terdengan rapuh menyapa penonton. Lauren juga bilang bahwa ia tidak pernah merasakan udara sepanas ini, saya membatin bahwa bukan dia saja yang merasa seperti itu. Penampilan CHVRCHES pun dibuka oleh lagu “Never Ending Circle” dari album terbaru mereka “Every Open Eyes”. Penonton begitu menikmati penampilan enerjik CHVRCHES dan tata panggungnya yang indah. Lagu klasik mereka, “The Mother We Share” menutup penampilan yang memukau tersebut.
            Saya punya pengalaman yang tidak terlupakan saat menonton CHVRCHES. Karena St. Jerome Laneway Festival Singapore memperbolehkan minuman beralkhol, cukup banyak dari penonton yang tidak berada dalam keadaan sadar. Ada satu penonton, seorang bule, yang terlihat cukup mabuk. Ia dan beberapa temannya mencoba menerobos kedepan dan mendorong penonton lain. Hal ini mengakibatkan bule tersebut bertengkar dengan penonton lain hingga ia menyiramkan minumannya ke penonton tersebut. Teman salah satu bule itu kemudian menyiramkan minumannya dan tidak sengaja mengenai mata saya. Disitu saya hampir menangis karena mata saya begitu perih. Tiba-tiba penonton lain dibelakang saya dengan baik hati memberikan air mineralnya, penonton lain pun memberikan tisu mereka. Seorang pria, yang saya yakini orang Singapura, bertanya apakah saya baik-baik saja. Pertama kali dalam hidup saya menonton konser, saya mendapat kebaikan dari orang-orang yang saya tidak kenal seperti ini. Akhirnya bule dan teman-teman mabuknya pun pergi dan saya serta penonton yang membantu saya kembali menikmati penampilan CHVRCHES.
            Waktu menunjukan sekitar pukul 00.15 ketika Flume menutup St. Jerome’s Laneway Festival Singapore dengan cover lagu “You and Me” dari Disclosure. Penonton kemudian berbondong-bondong meninggalkan venue dan menuju tempat –tempat untuk mencari kendaraan pulang.
            St. Jerome’s Laneway Festival memang merupakan konser pertama saya di luar negeri, namun pengalaman yang saya dapatkan sungguh luar biasa. Tidak hanya saya dapat menyaksikan langsung penampilan dari band-band kesukaan saya, saya juga merasakan kebaikan dari orang-orang yang saya tidak kenal. Menyanyikan lagu kesukaan saya sepenuh hati bersama penonton-penonton lain. Saya dapat menghabiskan waktu bersama sahabat saya menikmati musik yang kami suka. Itu kebahagiaan yang akan selalu saya hargai.

18.8.16

Memilih Untuk Tidak

Aku ingin menyukaimu,
Namun aku memilih untuk tidak

Tidak sekelibatpun menyukaimu
Karena kau begitu indah
Layaknya suatu yang utopia

Aku dapat menyayangimu,
Namun aku memilih untuk tidak

Tidak sebersitpun memiliki rasa sayang
Karena kau bagaikan sebuah pelangi
Namun diriku selalu menantikan hujan

Aku bisa mencintaimu,
Namun aku memilih untuk tidak

Karena kata cinta adalah picisan
Ketika tak bermakna
Dan tak memberikan masa depan


Walau mungkin
Kata yang terucap tak selaras
Dengan rasa yang diserukan hati
Namun aku memilih
Membiarkan aku dan kamu
Hanya dihubungkan dengan sebuah 'dan'
Tanpa perlu menjadi kita