The 1975 |
Sebagai
orang yang memang senang untuk menonton konser, saya sudah acap kali datang ke
berbagai konser baik dari Pentas Seni hingga festival Internasional. Namun jika
ditanya konser mana yang Terbaik bagi saya, jawabannya adalah St. Jerome’s
Laneway Festival di Singapura. Alasanya bukan hanya karena konser tersebut
sudah berkelas Internasional ataupun line-up yang keren. Satu alasan terkuat
adalah; on-time. Dari berbagai konser
yang saya datangi, saya cukup maklum jika konser dimulai terlambat atau ngaret. Jujur, saya sudah terbiasa untuk
menunggu sejam atau dua jam dari waktu yang diberitahukan. Karena itu lah saya
begitu amazed dengan ketepatan waktu
St. Jerome’s Laneway Festival Singapore.
St. Jerome’s Laneway Festival merupakan
festival musik indie yang memang sudah diakui oleh para concert-goer. Berasal dari negara kangguru yaitu Australia tepatnya
di kota Melbourne, festival ini kemudian berekspansi ke Selandia Baru, Amerika
Serikat, juga Singapura.
St. Jerome’s Laneway Festival
Singapore 2016 diselenggarakan pada 30 Agustus 2016 di The Meadow, Gardens By
The Bay. Line-up-nya pun begitu jaw-dropping, ada The 1975, Grimes,
CHVRCHES, Purity Ring, Beach House, The Internet, DIIV, dan lainnya dengan
total 28 performer lokal dan internasional. Ada empat panggung yang disediakan
festival ini; Garden Stage, Bay Stage, Cloud Stage, dan White Room. Selain itu,
festival ini juga dipenuhi oleh berbagai booth
baik dari sponsor juga makanan-minuman. Festival ini dimulai pukul 11.00 dan
selesai pada tengah malam. Seperti yang saya sudah katakan, semua dimulai tepat
sebagaimana tertulis di jadwal yang diberikan kepada kurang lebih 13.000
penontonnya. Ini pengalaman saya menonton St. Jerome’s Laneway Festival
Singapore.
Saya bersama teman saya, Ayu, datang
pukul 14.00. Saat itu matahari begitu terik dan hawa panas tidak terhindarkan.
Saya datang tepat ketika East India Youth akan tampil di Cloud Stage. Cloud
Stage tidak sebesar Bay Stage atau Garden Stage yang merupakan panggung utama
festival ini. Dengan jas dan dasinya, William Doyle –nama asli East India
Youth- menyapa penonton. Penonton pun kemudian dimanjakan dengan musik dreamy instrumental-nya. East India
Youth bilang bahwa dirinya tidak pernah merasakan udara sepanas ini, namun ia akan
tetap menggunakan jas dan dasinya agar para penonton mendapatkan pengalaman
terbaik dari penampilannya. Penonton pun bertepuk tangan dengan meriah!
Kemudian saya berpindah menuju Bay
Stage yang akan diisi oleh The Internet. Penonton bersorak ketika satu-persatu
personil The Internet menaiki panggung, Syd The Kyd –vokalis The Internet –
kemudian mengajak penonton untuk ikut bergoyang bersamanya. Band neo-soul ini berhasil membuat para
penonton menggerakan tubuh dan menikmatinya.
Thanks to Airbnb booth! |
Panas yang begitu menyengat dan
penonton yang sangat ramai membuat saya cepat haus dan lapar. Beruntung panitia
memberikan air mineral botol kepada setiap penonton saat memasuki venue. Penonton
juga tidak perlu khawatir karena banyak booth yang menjual berbagai macam
makanan. Mulai dari Sloppy Joe hingga wrap sushi, jus hingga booze, semuanya
tersedia untuk memuaskan selera. Selain itu, penonton juga bisa mendatangi booth-booth sponsor seperti Airbnb, Jake
Willis, H&M, dan lainnya. Booth
sponsor tersebut menawarkan berbagai kegiatan seperti games, tempat duduk untuk
sekedar beristirahat, juga freebies
berupa goodie bag juga foto siap
cetak.
Setelah memuaskan perut dan
mengistirahatkan diri sejenak. Saya dan Ayu kembali menuju Bay Stage pada
sekitar pukul 17.00 untuk menonton Hermitude. Duo electronic hip-hop asal Australia ini membawakan hits meeka yaitu
“The Buzz” dan “Ukiyo” yang membuat penonton bersorak. Walaupun menurut saya
saat itu masih terlalu ‘pagi’ untuk musik elektronik, tapi Hermitude tetap
berhasil membuat para penonton melompat dan bergoyang hingga set mereka
berakhir.
Setelah Hermitude selesai, banyak
orang berbondong-bondong menuju Bay Stage karena penampil berikutnya adalah The
1975, band yang tengah digandrungi. Para pria asal Manchester ini membuka
penampilan mereka dengan single
terbaru mereka “Love Me” dan penonton ikut bernyanyi. Matt Healy –frontman band
The 1975- membuka kancing kemejanya ditengah set dan penonton khususnya para
perempuan berteriak histeris. Cukup sulit bagi saya untuk bernafas saat itu karena penonton yang begitu padar sehingga saya harus berusaha mendapatkan
oksigen. Panggung Bay Stage dihiasi oleh lampu neon khas The 1975 yang begitu
terang sebagaimana penampilan mereka yang begitu memukau. Setelah membawakan 12
lagu termasuk lagu hits mereka yaitu “Girls”, “Chocolate”, dan “Sex”, The 1975
pun melakukan bow-down untuk
mengakhiri penampilan mereka.
Kemudian saya bergeser ke Garden
Stage yang hanya bersebelahan dengan Bay Stage untuk penampilan band favorit
saya, CHVRCHES. Sambil menunggu, saya menikmati penampilan Grimes yang berada
di panggung Bay Stage. Mungkin saya bukan fans berat Grimes, tapi saya begitu
takjub dengan penampilanya yang solid dan penuh energi. Dengan memakai bando
pita merah yang besar serta beberapa penari latar, Grimes menghipnotis penonton
dengan musik synth-pop-nya.
The
wait is over. Akhirnya CHVRCHES akan tampil. Ini bukan kali pertama
CHVRCHES tampil di St. Jerome’s Laneway Festival Singapore, tapi ini
pertama kalinya saya dapat melihat mereka secara langsung. Suara Lauren
Mayberry yang manis namun terdengan rapuh menyapa penonton. Lauren juga bilang
bahwa ia tidak pernah merasakan udara sepanas ini, saya membatin bahwa bukan
dia saja yang merasa seperti itu. Penampilan CHVRCHES pun dibuka oleh lagu
“Never Ending Circle” dari album terbaru mereka “Every Open Eyes”. Penonton
begitu menikmati penampilan enerjik CHVRCHES dan tata panggungnya yang indah.
Lagu klasik mereka, “The Mother We Share” menutup penampilan yang memukau
tersebut.
Saya punya pengalaman yang tidak
terlupakan saat menonton CHVRCHES. Karena St. Jerome Laneway Festival Singapore
memperbolehkan minuman beralkhol, cukup banyak dari penonton yang tidak berada
dalam keadaan sadar. Ada satu penonton, seorang bule, yang terlihat cukup
mabuk. Ia dan beberapa temannya mencoba menerobos kedepan dan mendorong
penonton lain. Hal ini mengakibatkan bule tersebut bertengkar dengan penonton
lain hingga ia menyiramkan minumannya ke penonton tersebut. Teman salah satu
bule itu kemudian menyiramkan minumannya dan tidak sengaja mengenai mata saya.
Disitu saya hampir menangis karena mata saya begitu perih. Tiba-tiba penonton
lain dibelakang saya dengan baik hati memberikan air mineralnya, penonton lain
pun memberikan tisu mereka. Seorang pria, yang saya yakini orang Singapura,
bertanya apakah saya baik-baik saja. Pertama kali dalam hidup saya menonton
konser, saya mendapat kebaikan dari orang-orang yang saya tidak kenal seperti
ini. Akhirnya bule dan teman-teman mabuknya pun pergi dan saya serta penonton
yang membantu saya kembali menikmati penampilan CHVRCHES.
Waktu menunjukan sekitar pukul 00.15
ketika Flume menutup St. Jerome’s Laneway Festival Singapore dengan cover lagu “You
and Me” dari Disclosure. Penonton kemudian berbondong-bondong meninggalkan
venue dan menuju tempat –tempat untuk mencari kendaraan pulang.
St. Jerome’s Laneway Festival memang
merupakan konser pertama saya di luar negeri, namun pengalaman yang saya
dapatkan sungguh luar biasa. Tidak hanya saya dapat menyaksikan langsung
penampilan dari band-band kesukaan saya, saya juga merasakan kebaikan dari orang-orang
yang saya tidak kenal. Menyanyikan lagu kesukaan saya sepenuh hati bersama
penonton-penonton lain. Saya dapat menghabiskan waktu bersama sahabat saya
menikmati musik yang kami suka. Itu kebahagiaan yang akan selalu saya hargai.