9.5.15

Bar Merah

Kubenamkan wajahku pada bantal bulu angsa. Bukan, bukan ini yang membuatku sulit bernafas. Perasaanku yang begitu tidak karuan membuat nafasku tersenggal-senggal. Ingin menangis, namun tidak setetes air mata pun yang dapat keluar.
Pernahkah kamu begitu kecewa, sakit hati, hingga kamu sulit bernafas?
Inilah keadaanku saat ini.
Sakit Hati.
Apa salahku?
Apa?
Pertanyaan tersebut terus mengiang dikepalaku.
Adilkah ini?
Aku menatap hampa kepada layar komputer jinjingku.
Bar merah, hanya kepada bar merah aku menatap.

MOHON MAAF ANDA TIDAK BERHASIL LULUS SELEKSI SNMPTN 2014

Sudah terlalu banyak permintaan maaf yang aku dengar.
Ini salah satu yang paling menyakitkan.
Bolehkah aku tidak memaafkanmu, wahai tulisan pada bar merah?
Aku hancur, hancur berkeping-keping lebih tepatnya.
Impian ku seumur hidup seakan hancur karena tulisan di bar merah.
Aku mulai kehilangan arah, tolong aku ya Tuhan.


Perasaan itu, satu tahun yang lalu aku merasakan perasaan itu.
Sungguh, aku tahu bagaimana perasaanmu, dik.
Aku tahu benar rasanya hancur seperti itu.
Namun, ini bukan akhir. Bar merah itu bukanlah jurang bagi impianmu untuk mencapai langit.
Sebelum seekor burung bisa terbang, ia terjatuh dan terjatuh terlebih dahulu.
Bar merah itu hanya kerikil, dik.
Semangatmu yang berkobar pasti dapat menghanguskannya.
Peganglah impianmu erat, dik.
Biarkan kemauan besarmu menuntunmu untuk mencapainya.
Jangan kendorkan semangatmu.
Jangan kecewakan dirimu.
Berusahalah, bar merah hanyalah pertanda bahwa usahamu yang lebih keras masih dibutuhkan.
Bisa, kamu pasti bisa dik.

Sampai bertemu di kampus perjuangan, dengan jaket kuning dihiasi makara.
Sampai bertemu pada jalan menuju impianmu.

No comments:

Post a Comment