12.2.17

12AM notes, not poems

Membaca tulisan teman gue Putu membuat gue sadar dengan satu hal, it's okay to put yourself first. Or the other words, being an ego one.

Dan disini, saat ini, akan gue umbar semua keegoisan gue! And hopefully i won't regret this!

I miss blogging. Gue kangen banget menulis di blog. Gue nggak harus takut dengan apa respon orang-orang yang baca, ataupun nggak ada lagi yang baca selain diri gue sendiri. Gue nggak harus takut kalo ada penulisan yang kurang efektif ataupun tidak sesuai KBBI. Disini, gue menulis untuk diri gue sendiri. Gue menceritakan apa yang gue tahu, yang gue rasakan, dan yang ingin gue bagi.

Writing has been hard lately. Menjadi mahasiswa jurnalisme kadang membuat gue meragukan tulisan gue sendiri. Apakah ini sudah cukup tajam? Cukup mumpuni? Nggak berpihak? Efektif? Dan segala keraguan lainnya. Bukan berarti gue nggak bahagia jadi mahasiswa jurnalisme, i have a good, bad, marvelous time. Dan gue memang ingin belajar menjadi jurnalis yang baik. But i miss writing for myself.

Kadang keegoisan gue ini, menulis untuk menyenangkan diri gue sendiri, membuat gue berpikir ulang untuk jadi jurnalis. Buat gue, seseorang yang dapat menjadi jurnalis harus memiliki sifat selfless karena mereka menulis untuk orang lain. Dan hal yang membuat gue sedih, kadang gue menulis tanpa perasaan. Tulisan gue hanya menjadi sekedar hasil jadi, produk. Padahal seharusnya yang dicurahkan dalam tulisan itu adalah perhatian dan diri gue terhadap orang banyak. Mungkin itu yang memang dialami oleh para jurnalis pada masa awal karir mereka, mungkin, gue juga belum pernah nanya. I will ask later on.

Menulis adalah cara gue berbuat baik untuk diri gue sendiri. Gue lebih memilih menulis dibanding harus berbicara mengenai perasaan gue. Ketika gue berbicara, selalu ada rasa penyesalan setelahnya. Hal yang kurang baik dan harus gue akui adalah gue berbicara lebih cepat dibandingkan gue memikirkan apa yang harus dikatakan. Layaknya gue berbicara secara otomatis sebelum gue tahu makna atau pesan apa yang benar-benar ingin gue sampaikan. But i'm still a loud one, i love to talk somehow when i'm with poeple. But when i'm alone? Not so much.

Apakah gue jadi 'berisik' karena mencari perhatian? Mungkin, tapi gue sendiri juga kadang melakukan itu secara tidak sadar. I like to interact with people, greetings, and all those little stuff. Namun hal tersebut cukup melelahkan sehingga ketika gue sendiri gue akan diam seperti memberi diri gue sendiri jeda waktu.

Cukup lega rasanya menuliskan ini.

A lot things happened, tapi hal yang masih harus gue pelajari adalah how to say no and do something for myself. Dua hal tersebut yang kadang menempatkan diri gue pada posisi yang tidak gue senangi, dan membuat gue tidak senang dengan diri sendiri. Gue tau masih banyak orang di luar sana memiliki masalah yang lebih penting dari sekedar tidak senang dengan diri sendiri. Namun ketika gue aja nggak suka sama diri gue sendiri, kenapa orang lain harus suka? Yang punya kewajiban untuk menyukai diri gue ya gue sendiri.

I'd like to meet the drunk version of myself, listening to what i really feel. Melegakan diri gue sendiri, menjadi jujur dengan diri gue sendiri. Kenapa ya susah untuk jujur dengan diri gue sendiri? Untuk yakin dengan kemauan sendiri?

Betapa menyedihkannya gue mengeluh di tengah malam, malam minggu lagi.

But at least i do good things for myself, let my mind and my heart burst some times.




No comments:

Post a Comment